Selasa, 15 Maret 2016

ZOOTOPIA (2016) REVIEW : Animation Fable Full Of Social Issue


Banyak sekali cara yang dilakukan oleh perfilman hollywood untuk berusaha menyindir isu sosial dan politik tetapi dengan pemilihan medium yang berbeda. Medium itu adalah lewat genre film yang dipilih oleh sang sutradara untuk menumpulkan sensitifitas dari isu tersebut. Dan salah satu rumah produksi film animasi terbesar di Hollywood, Walt Disney Studios pun berusaha untuk menyindir beberapa isu sosial lewat film-film animasinya. Tetapi, tak melupakan segmentasi dari sebuah film animasi agar memiliki kemasan yang menarik dan menyenangkan.
 
Dan tahun ini, Disney Studios datang dengan sebuah fabel animasi tiga dimensi berjudul Zootopia. Pemilihan terminologi Zootopia ini pun menjadi sebuah satu istilah yang menarik untuk diteliti. Zootopia seperti sebuah gambaran keadaan dunia yang sedang mengalami distopia atau paska kehancuran di mana para binatang berevolusi sehingga mengalami pergeseran fungsional menjadi sosok manusia dengan segala kodratnya.  

Proyek yang diarahkan oleh Byron Howard dan Rich Moore ini tak hanya memiliki terminologi judul yang menarik, tetapi juga memiliki konflik cerita yang mengangkat isu kaum minoritas dan problematika ras. Pintarnya, Byron Howard dan Rich Moore tahu untuk mengemas filmnya menjadi sebuah film animasi universal dan dapat dinikmati oleh segala usia. Sehingga, Zootopia adalah sebuah film fabel animasi tiga dimensi satir yang tak hanya penuh dengan intrik, tetapi penuh dengan petualangan buddy-cop penuh misteri  yang menyenangkan. 


Pada rekaan dunia milik Zootopia, para binatang berevolusi dan tak sesuai dengan kodratnya. Binatang yang terbagi menjadi dua kelas, predator dan victim, dapat hidup berpasangan dan menjalani kehidupannya dengan tenang. Dengan adanya evolusi tersebut, tak memungkinkan bahwa setiap kelas binatang memiliki mimpinya.  Itu pun yang terjadi pada Judy Hopps (Ginnifer Goodwin), kelinci kecil yang berkeinginan untuk menjadi seorang polisi.

Hal itu bertentangan dengan norma yang ada bahwa seorang kelinci kecil tak bisa kuat menjadi seorang polisi. Nyatanya, dia lolos menjadi seorang polisi dan ditugaskan ke pusat kota Zootopia. Kota tersebut sedang mengalami teror yang menyebabkan 14 mamalia hilang dari kota. Judy yang pada awalnya hanya ditugaskan sebagai tugas penjaga parkir, mengajukan diri sebagai detektif untuk menemukan 14 mamalia tersebut. Dibantu oleh Nick Wilde (Jason Bateman), rubah licik yang pada awalnya hanya menjadi informan tentang 14 mamalia hilang tersebut. 


Isu minoritas dan ras di dalam film ini menjadi satu poin penting yang perlu digarisbawahi oleh penontonnya. Meskipun, hal tersebut tak terlalu dibahas serius karena Byron Howard dan Rich Moore menggunakan genre film animasi yang dapat menumpulkan isu sosial yang sensitif itu. Juga, Zootopia mencari keseimbangan di dalam plot ceritanya agar film animasi ini masih memiliki unsur yang menyenangkan dengan subplot cerita petualangan yang seru.

Tetapi di samping unsur-unsur seru yang mereka gunakan di dalam film ini, banyak sekali pesan yang ingin mereka sampaikan lewat naskah dan juga gambaran karakternya. Isu stereotyping, pengakuan seorang minoritas, dan masalah-masalah rasial yang menjadi sesuatu yang relevan di dalam film ini. Meskipun film ini adalah film animasi, Zootopia memiliki tujuan dan motivasi yang kuat tentang urgensi hadirnya film ini. Apalagi, masalah minoritas sebuah kaum yang sebenarnya adalah masalah lama yang selalu hadir di setiap generasi.

Adanya stratifikasi sosial di dalam suatu ras yang menyebabkan hal itu menjadi suatu budaya yang turun temurun dalam menjalankan fungsi mereka inilah yang berusaha mereka angkat. Hal itulah yang berusaha digambarkan oleh Byron Howard dan Rich Moore lewat karakter-karakternya. Dengan penggunaan klasifikasi binatang menjadi dua kelas ini agar mempermudah penggambaran dan tidak menyerang suatu kaum tertentu. Maka, Zootopia bukan hanya sebuah film animasi bersenang-senang tetapi ada tujuan jelas yang berusaha diperjuangkan di dalam filmnya.  


Meski dengan pesan-pesan yang cenderung sangat pretensius dan serius, Byron Howard dan Rich Moore tak lupa bahwa secara garis besar segmentasi sebuah film animasi adalah untuk anak-anak. Sehingga, Zootopia masih menyajikan komedi-komedi segar lewat karakter Flash, seekor kukang, yang dapat menimbulkan tawa sangat besar. Pun, hal itu juga tak jauh-jauh dari sebuah sindiran yang diselipkan tetapi sekali lagi ditumpulkan sebagai sebuah candaan yang menimbulkan tawa luar biasa.

Di mana Flash digambarkan sebagai petugas yang sedang bekerja di sebuah korporasi milik negara.
Flash digambarkan sebagai seorang kukang memiliki suatu hal kontradiktif dengan nama dan juga tempat ia bekerja. Kukang yang terkenal sebagai hewan malas memiliki nama Flash yang memiliki arti cepat ini adalah bukanlah kebetulan. Juga, tempatnya sebagai petugas administrasi negara yang melayani warga sipil dengan cepat juga digunakan sebagai sindiran tentang petugas administrasi negara yang terkadang memiliki kinerja yang tak cepat.

Poin yang juga tak terlupakan di dalam film animasi milik Byron Howard dan Rich Moore adalah karakter-karakter yang menggemaskan. Sehingga, penonton pun akan berbondong-bondong mulai menyukai karakter-karakter di dalam film Zootopia. Sehingga, Zootopia sudah dapat menetapkan suatu brand yang kuat di mana dapat meningkatkan penjualan lewat merchandise yang dijual oleh Disney. Judy Hopps dan Nick Wilde akan menjadi idola terbaru, bukan hanya untuk anak-anak tetapi juga untuk setiap penontonnya. 


Akan banyak sekali yang berusaha sinis dengan film-film animasi yang terkesan tak punya tujuan. Tetapi, banyak sekali film animasi generasi sekarang yang tak hanya menawarkan unsur senang-senang dan kekanak-kanakan. Zootopia adalah salah satunya, di mana dia memiliki tujuan dan motivasi yang kuat dengan isu-isu sosial berat tanpa melupakan kodratnya sebagai film animasi yang ditujukan sebagai untuk anak-anak. Hal itu tak ubahnya hanya untuk sebagai upaya dari Byron Howard dan Rich Moore untuk menumpulkan isu-isu sensitif itu dan menertawakan sindiran-sindiran tersebut. Sehingga, lagi-lagi Disney memiliki Zootopia menjadi salah satu film animasi yang kuat sejauh ini.  


Film ini pun dirilis dalam format 3D dan IMAX 3D. Sayangnya, Indonesia tak kebagian format IMAX 3D. Maka, berikut rekapan format 3D-nya.

DEPTH
Disney selalu bermain-main dengan poin yang satu ini. Dan Zootopia adalah salah satunya yang memiliki kedalaman yang dahsyat. Apalagi dengan panorama-panorama indah di setiap sudut kota Zootopia

POP-OUT
Tak cukup banyak dan malah hampir tak ada sama sekali unsur ini di dalam filmnya. Ya, mungkin hanya beberapa saja di sepanjang 100 menit film ini.

Zootopia adalah salah satu film animasi tiga dimensi yang membuat penontonnya lupa dengan efek tiga dimensinya. Itu berkat konten dan keseruan yang ditawarkan oleh konten dari filmnya sendiri. Sehingga, coba saksikan Zootopia dalam format dua dimensi saja dan cari layar terbesar yang ada di kota anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar