Jumat, 07 September 2018

WIRO SABLENG PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212 (2018) REVIEW : Universe Superhero Lokal Yang Patut Dinantikan!


Mengembalikan kepercayaan penonton terhadap film laga dan seni silat sudah pernah dilakukan oleh Miles Films lewat Pendekar Tongkat Emas. Meski tak mendapat sambutan yang cukup meriah, Pendekar Tongkat Emas masih memiliki tujuannya yang mulia. Di tahun ini, Lifelike Pictures dengan usahanya menggandeng rumah produksi luar negeri yaitu 20th Century Fox, membangkitkan karakter silat legendaris milik tanah air.

Karakter silat rekaan dari Bastian Tito ini tentu sudah sangat dekat oleh penonton Indonesia. Lewat serial televisi, karakter ini tentu menjadi sosok yang sangat legendaris. Wiro Sableng, sang pendekar kapak maut naga geni ini mendapatkan kesempatan untuk diarahkan oleh Angga Dwimas Sasongko dalam versi layer lebarnya. Menggandeng Seno Gumira Ajidarma dan Tumpal Tampubolon dalam penulisan naskah, Lifelike Pictures membuka jalan karakter ini untuk membangun dunianya.

Vino G. Bastian ditunjuk sebagai orang yang tepat untuk mewarisi karakter Wiro Sableng yang dibuat alm. Bastian Tito, di mana Vino adalah anak dari pembuatnya. Tentu saja, Wiro Sableng akan diperankan dan dibuat dengan sepenuh hati karena inti hatinya ikut andil dalam pembuatannya. Pun, film Wiro Sableng dengan sub judul Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 ini mengajak Sherina untuk kembali berakting di layer lebar. Serta, mengajak nama baru seperti Fariz Al Farizi di dalam filmnya.


Tak berhenti di nama-nama seperti itu, banyak aktor dan aktris dengan nama besar juga ikut di dalam filmnya. Mulai Dwi Sasono, Yayan Ruhian, Yayu Unru, hingga sang istri dari Vino sendiri yaitu Marsha Timothy. Dengan nama-nama besar dan kerjasamanya dengan rumah produksi Hollywood, tentu membuat Angga Dwimas Sasongko mendapatkan tanggung jawab yang besar saat membuat film ini. Terlebih, ini tentu saja pertama kalinya Angga Dwimas Sasongko membuat film dengan genre berbeda.

Mungkin masih ada sedikit rasa khawatir dari penonton saat membuat Wiro Sableng ini ke sebuah film layer lebar. Mulai dari ketakutan membawa suasana nostalgia hingga mengelaborasi teknis dan pengarahannya dengan baik. Tetapi, dengan rekam jejak Angga Dwimas Sasongko, tentu saja Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 berhasil diarahkan menjadi sebuah film action fantasy yang menawan. Sekaligus, menetapkan standar yang tinggi dalam Raihan teknis di film Indonesia.


Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 mengadaptasi empat cerita novelnya menjadi satu cerita utuh di filmnya. Menceritakan tentang penyerangan sebuah desa oleh Mahesa Birawa (Yayan Ruhian) dan komplotannya sehingga membuat Wiro kecil harus terpisah dengan orang tuanya. Sinto Gendeng (Ruth Marini) lah yang pada akhirnya merebut Wiro kecil dari tangan Mahesa Birawa dan merawatnya hingga melatih Wiro menjadi sosok pendekar yang kuat.

Wiro (Vino G. Bastian) dianggap sudah dewasa dan cukup kuat untuk melanjutkan jalan hidupnya. Wiro Sableng pun dilepas untuk menemukan sosok Mahesa Birawa yang pada awalnya Wiro belum benar-benar tahu bahwa dia adalah sosok yang memisahkan dirinya dengan orang tuanya. Di tengah perjalanannya, Wiro bertemu dengan Pendekar Tapak Sakti (Fariz Al Farizi) dan Anggini (Sherina) dan terlibat konflik sebuah tahta kerajaan yang menuju ke satu titik utama yaitu Mahesa Birawa.


Dengan mengadaptasi 4 cerita sekaligus, tentu perlu ketelitian agar ceritanya tak terasa tumpang tindih. Tentu saja hal itu adalah misi yang sangat susah untuk dilakukan oleh Sheila Timothy, Seno Gumira Ajidarma, dan Tumpal Tampubolon. Mereka harus menahan egonya agar tidak terlalu ingin memaksakan setiap ceritanya tetapi juga tetap harus tahu bahwa Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 ini juga memiliki universe yang harus berkembang dan berpotensi membesar nantinya.

Alih-alih memperbanyak konflik yang bakal membuat film ini tidak fokus, Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 ini fokus terhadap satu konflik utama dengan sedikit cabang cerita. Yang dikorbankan memanglah pengembangan karakter yang banyak di dalam filmnya. Sehingga, beberapa karakter yang ada di dalam film ini hanya bisa tampil tanpa digali lebih dalam. Meskipun, setiap kemunculannya tidak ada kesan yang dipaksa.

Dengan segala kelemahan dalam segi cerita dan pengembangan karakternya ini, filmnya tetap bisa menyampaikan plot ceritanya dengan baik lantaran pengarahan Angga Dwimas Sasongko yang kuat. Di dalam durasinya yang mencapai 123 menit, penonton akan disuguhi setiap intrik perjalanan Wiro Sableng yang menarik untuk ditonton. Angga Dwimas Sasongko tahu untuk mengemas film ini agar tetap berjalan sesuai tujuannya yaitu untuk menghibur penontonnya.


Kelemahan dalam penulisan naskahnya diubahnya menjadi ladang emas untuk memiliki celah agar dikembangkan menjadi universe yang lebih besar. Sehingga, dengan banyak karakter yang tak tergali dengan baik, bisa membuat penontonnya yakin bahwa nantinya film ini akan memiliki sekuel yang patut untuk dinantikan. Sehingga, nantinya penikmat film Indonesia tentu akan memiliki film-film manusia berkekuatan super dengan dunianya yang sangat dekat dengan budaya Indonesia.

Meski berada di setting waktu dan universe yang berjarak dengan penontonnya, tetapi Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 masih diselipi dengan dialog-dialog satir masa kini. Angga Dwimas Sasongko tahu benar bagaimana menyampaikannya agar semua dialog itu tetap bisa terasa tak dipaksakan. Dialognya tersampaikan dengan dinamis, dipadu dengan dialog-dialog tengil dan menggelitik yang mampu menjadi punchline komedinya.

Performa Vino G. Bastian sebagai Wiro Sableng berhasil mengeluarkan kharismanya dan menjadi inti hati film ini. Vino G. Bastian mampu menginterpretasikan sosok Wiro Sableng yang tengil tetapi juga memiliki sisi-sisi kemanusiaannya yang bisa membuat penontonnya bersimpati. Kolaborasinya juga kuat dengan sang guru, Sinto Gendeng yang diperankan oleh Ruth Marini. Sehingga, hubungan guru dan murid antara mereka berdua tampil secara natural.


Didukung oleh tata suara megah, sinematografi dengan warna yang memanjakan mata, dan visual efek yang bagus untuk ukuran film mega budget di Indonesia, Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 memiliki hasil yang sangat memuaskan. Film ini berhasil menjadi sebuah pencapaian tertinggi dalam hal teknis dalam filmmaking di film-film Indonesia. Kapan lagi film Indonesia memiliki sebuah karya yang bisa membangun universe-nya dengan sangat baik dan berpotensi untuk semakin besar. Inilah kekuatan dalam Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 yang tak pernah dimiliki film-film Indonesia sebelumnya, bisa membuat universe superhero lokal yang bisa nantikan selanjutnya. Keren sekali!

1 komentar:

  1. ke inget kenken hahah,, serasa warkop reborn juga liat vino jadi wiro sableng nya :D :D

    liat juga blog saya gan ayononton88.com

    BalasHapus