Sabtu, 20 Juli 2019

SPIDER-MAN: FAR FROM HOME (2019) REVIEW: Penutup Fase Ketiga Sekaligus Pembuka Fase Selanjutnya


Setelah Avengers: Endgame, Marvel Cinematic Universe tidak berhenti di situ saja. Masih ada satu entri lagi untuk menutup fase ketiga dari Marvel Cinematic Universe sebelum nanti membuka fase terbarunya. Tentu, entri terbarunya ini berkaitan dengan sebuah legacy yang ada di film Avengers: Endgame. Sosok jagoan yang memiliki hubungan erat dengan sosok Tony Stark. Siapa lagi kalau bukan sang manusia laba-laba, Peter Parker, Spider-Man.

Sebelumnya, Spider-Man telah memiliki filmnya sendiri yang juga masuk dalam fase ketiga di Marvel Cinematic Universe. Spider-Man: Homecoming menjadi awal mula dikenalkannya Spider-Man secara utuh di Marvel Cinematic Universe. Jon Watts sebagai sutradara kembali menjadi pengarah untuk sekuelnya ini. Spider-Man: Far From Home, menjadi judul yang diambil untuk sekuelnya ini. Kisahnya pun langsung berkaitan dengan akhir dari Avengers: Endgame.

Tentu saja, Tom Holland tetap menjadi Peter Parker. Begitu pula dengan beberapa cast seperti Zendaya dan Jacob Batalon sebagai teman-teman Peter Parker. Yang menarik adalah kehadiran Jake Gyllenhaal di dalam Spider-Man: Far From Home ini. Dirinya hadir meramaikan Marvel Cinematic Universe dan menjadi sosok Mysterio atau Quentin Beck. Di dalam komiknya, Mysterio adalah salah satu musuh legendaris dari Spider-Man.


Kali ini naskah ditulis oleh Chris McKenna dan Erik Sommers untuk sekuelnya. Spider-Man: Far From Home masih menggunakan pendekatan genre teen romance hingga coming of age seperti film pertamanya. Inilah yang menjadi Spider-Man milik Tom Holland ini terasa berbeda dan unik. Tentu, Spider-Man: Far From Home masih dengan mudah menghibur penontonnya. Dan yang paling penting adalah Spider-Man: Far From Home bisa menjadi sebuah penyembuhan paska Avengers: Endgame yang semua ditata serba besar.

Hal paling penting di Spider-Man: Far From Home adalah bagaimana ceritanya kembali ke dalam inti hati dari sosok Peter Parker ini sendiri. Bagaimana Spider-Man: Far From Home menjadi sebuah perjalanan bagi Peter Parker untuk menjadi sosok yang lebih bertanggung jawab dan tahu apa yang dia mau. Inilah yang membuat Spider-Man: Far From Home mungkin akan terasa personal dan cocok sebagai penutup fase ketiga. Tetapi juga sekaligus menjadi awal baru Marvel Cinematic Universe mengembangkan fase-fase berikutnya.


Spider-Man: Far From Home ini tentu dimulai paska Avengers: Endgame. Peter Parker (Tom Holland) tentu sedang dalam keadaan berduka paska kehilangan Tony Stark (Robert Downey Jr.). Kehilangannya ini membuat dirinya tak lagi bersemangat untuk menjadi sosok pembasmi kejahatan di dunianya. Dirinya memilih untuk fokus mengikuti study tour sekolahnya ke daerah Eropa. Tetapi, tentu saja Peter tak bisa tenang begitu saja.

Ketika sedang asyik melakukan kegiatan sekolah, ancaman terjadi di sekitar Peter Parker dan teman-temannya. Kericuhan itu datang dari Elementals yang digadang berasal dari alternate universe. Tetapi, Peter tak hanya menghadapinya sendiri. Datanglah sosok manusia dengan kekuatan super baru bernama Quentin Beck (Jake Gyllenhaal). Dia menyebut dirinya berasal dari Multiverse dan sedang membalaskan dendamnya ke Elementals. Semua orang menyebut dirinya Mysterio.

Spider-Man: Far From Home ini juga adalah bukti bahwa Marvel benar-benar mengakumulasi semua emosi penontonnya di setiap film. Meski bukan sebagai sebuah film yang menggabungkan semua superhero di dalamnya, tetapi masih ada efek yang terjalin di setiap superhero-nya. Peter Parker yang memiliki kedekatan secara emosi dengan Tony Stark, di film ini pun dijelaskan masih merasakan efeknya. Jon Watts berhasil menyalurkan segala kerapuhan Peter Parker di dalam filmnya yang mencapai 129 menit ini.

Ketika orang dalam fase dirundung duka dan tak stabil emosinya, tentu akan dengan mudah dimanipulasi oleh orang yang memiliki dominasi lebih kuat. Hal inilah yang berusaha diangkat oleh Spider-Man: Far From Home. Menghadirkan sosok Villain yang manipulatif seperti Quentin Beck atau Mysterio ini. Naskah dari Chris McKenna dan Erik Sommers bisa memberikan ruang untuk karakter Quentin ini berkembang. Sehingga, semua set up yang terjadi begitu meyakinkan.


Hingga tak salah pula, apabila muncul keputusan-keputusan dari Peter Parker yang membuat dirinya jatuh ke dalam problematika yang lebih kompleks. Mungkin, formula ini akan mengingatkan para penggemar Marvel dengan formula yang juga diterapkan di Iron Man 3. Tetapi, Spider-Man: Far From Home sudah memikirkan langkahnya dengan lebih matang.

Di film Spider-Man: Far From Home ini pula, Jon Watts seperti ingin memperbaiki kesalahan dalam membuat sekuens aksi di dalam film sebelumnya. Spider-Man: Far From Home berhasil menyajikan memberikan sekuens aksi yang sangat menghibur penontonnya. Visual-visualnya sangat spektakuler dan akan memanjakan mata penontonnya. Ditambah lagi, film ini juga dihiasi dengan kisah cinta remaja antara Peter dan MJ. Sehingga, membuat Spider-Man: Far From Home rasanya lebih lengkap.


Sebuah keputusan tepat untuk mengakhiri fase tiga dari Marvel Cinematic Universe dengan kehadiran Spider-Man: Far From Home. Bukan hanya karena film ini ringan dan menjadi sebuah obat atas rasa emosional dan duka di Avengers: Endgame. Melainkan, Spider-Man: Far From Home meninggalkan banyak celah dan lubang untuk Marvel pada akhirnya mengembangkan universe-nya lebih luas lagi. Serta, bisa saja Peter Parker akan menjadi tokoh sentral untuk bangunan dunia sinema milik Marvel yang akan datang. Get ready and be prepared!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar