Minggu, 09 Agustus 2020

SCOOB (2020) REVIEW: Babak Pertama sebuah Universe yang Belum Berkesan

Buat anak kecil di tahun 90an, nonton Scooby Doo di stasiun televisi lokal saat sore hari emang masa-masa yang indah. Film animasi dari Hanna Barbera ini tentu melekat di hati. Tak salah, apabila di era yang baru ini, karakter-karakter ikonik berusaha dikenalkan kembali. Sebelumnya pun, geng Mystery Inc. sudah punya kesempatan untuk tampil lewat versi live action dan memiliki 2 seri.

Pendekatan Scooby Doo kali ini menggunakan genre animasi. Salah satu cara yang tepat sebenarnya karena masih in line serial ini dirilis. Scoob, proyek terbaru dari Warner Bros Animation ini digadang sebagai pembuka utama di Hanna Barbera Animation Universe. Ditangani juga dengan orang-orang yang sudah pernah berkecimpung di project Hanna Barbera yaitu Tony Cervone. Dibantu oleh Kelly Fermon Craig di lini penulisan naskah.


Scoob tentu dengan mudah merebut hati orang-orang yang tumbuh dan besar dengan Scooby Doo saat kecil. Pecinta film animasi pun juga menunggu Scoob dengan animasinya yang menggemaskan dari trailernya. Sayangnya, hal-hal menarik itu hanya bisa terpancar dari trailer saja. Secara keseluruhan, Scoob ternyata penuh banyak ambisi dan tak bisa menjadi sajian yang solid.


Ambisi membuka universe yang tak sepenuhnya berhasil.

Mungkin kata itu lebih tepat untuk menggambarkan film Scoob secara keseluruhan. Scoob hanya tempat bagi Warner Bros Animation Pictures menaruh banyak pion untuk membuka universe baru. Tujuan itu sebenarnya tidak menjadi problem jika filmnya sendiri bisa diarahkan dengan baik. Sayangnya, Tony Cervone ini malah menjadikan Scoob menjadi film animasi yang generik.

Mungkin niat Kelly Fermon Craig ingin membuat Scoob tak terpaku dengan formula dari serial animasinya. Sayangnya, itulah yang malah membuat Scoob seakan kehilangan identitas. Tidak ada petualangan menarik dari tim Mystery Inc. yang bisa diikuti. Tanpa karakter-karakter dari serial animasi Scooby Doo, plot ceritanya bisa ditemukan di film-film animasi yang lain. Padahal, Scoob dimulai dengan cerita persahabatan Shaggy (Will Forte) dan Scooby Doo (Frank Welker) yang cukup menjanjikan.

Setelah itu, cerita bergulir seakan-akan penonton sudah mengetahui problem-problem yang pernah dilalui oleh para karakter Mystery Inc. Di mana, Fred (Zac Efron), Daphne (Amanda Seyfried), dan Velma (Gina Rodriguez) sudah merencanakan untuk melakukan misi terbaru dengan rekan lama mereka Simon Cowell (Simon Cowell). Seakan-akan penonton sudah tahu kerjasama apa yang sudah mereka lakukan sebelumnya.

Ada missing line yang membuat penonton terasa berjarak dengan para karakter dan plot ceritanya. Inilah yang membuat Scoob tidak spesial dan terasa menjadi sebuah sekuel dari film-film Scooby Doo yang gak pernah ada. Cerita kedatangan Blue Falcon (Mark Wahlberg) juga terasa tiba-tiba. Seketika itu, Shaggy dan Scooby ditarik untuk bergabung dalam misi Blue Falcon membasmi kejahatan. Mereka harus mencari cara untuk menghentikan misi musuhnya, Dick Dastardly (Jason Isaacs) yang ingin menculik Scooby menjadi umpan datangnya Dogpocalypse.

Ajang nostalgia yang menjadi bumerang.

Karakter-karakter seperti Dick Dastardly, Dynomutt, Blue Falcon, Captain Caveman yang dimasukkan ke dalam film ini terasa hanya sebagai pelengkap. Sebagai hint atau teaser untuk universe baru memang, hanya saja keberadaannya hanya menambah kontribusi atas tumpang tindihnya cerita. Scoob yang sudah kehilangan identitas ceritanya, ditambah ceritanya yang menumpuk menjadikan 95 menit film ini sangat melelahkan untuk diikuti.

Fans-fans karakter fiksi Hanna Barbera tentu akan notice dengan keberadaan mereka dan cukup membuat mereka bahagia. Tetapi, tentu keberadaan mereka hanya sebagai cameo yang datang dan pergi. Tidak memberikan kesan dan signifikansi untuk keberlangsungan plotnya. Bahkan, dengan nama-nama besar di dalamnya, Scoob juga belum bersinar terang.

Karakter-karakter dari tim Mystery Inc. tidak bisa hidup. Bahkan, Shaggy dan Scooby di film ini pun tak terasa memiliki ikatan satu sama lain. Dampaknya, film ini berjalan begitu saja tanpa memberikan satu tanjakan emosi yang bisa menarik perhatian penonton. Potensi-potensi yang dimiliki oleh Scoob seakan sirna karena pengarahan Tony Cervone yang masih lemah.


Sehingga, setelah filmnya selesai, Scoob hanya menjadi hiburan di kala senggang yang tak meninggalkan kesan. Bisa saja, ini akan berdampak kepada Hanna Barbera Cinematic Universe selanjutnya. Tidak ada hype yang dibangun dari film Scoob dan membuat linimasa film selanjutnya belum disambut meriah. Mungkin hanya sebagian pasarnya saja yang bergairah untuk menantikan babak selanjutnya. Ditunggu saja.

Available on HBO Max and Rent on iTunes.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar