Siapa yang tidak ingat dengan The Raid? Satu film produk dalam negeri
yang berhasil mencuri perhatian kalangan internasional. Menduduki posisi 11 di Box
Office US dan mendapatkan pujian oleh kritikus internasional. The Raid pun
menjadi satu film martial arts dari
Indonesia yang patut diapresiasi lebih. Gareth Evans, sang sutradara menggarap
sebuah sekuel untuk The Raid. Dengan jangka waktu 2 tahun, sekuel ini berjudul
The Raid 2 : Berandal dan dirilis pada tahun 2014.
Proyek sekuel memang sudah direncanakan sejak lama. Malah, The Raid
akan menjadi satu trilogi. Terlebih, The Raid yang sudah mendapatkan
kepercayaan penonton. Tentu sekuel ini akan dinanti-nantikan oleh penggemar
film predesesornya. The Raid 2 : Berandal, juga mendapatkan kesempatan untuk
menjadi Official Selection di Sundance Film Festival 2014 bulan
Februari lalu bersamaan dengan film garapan The Mo Brothers, Killers. Ini juga
menjadi satu poin yang akan membuat The Raid 2 semakin dinanti-nantikan oleh
penonton.
Di The Raid 2 ini, menceritakan langsung pasca kejadian di The Raid
seri pertama. Rama (Iko Uwais), polisi yang selamat dari penyerbuan kali ini
masuk lagi ke sebuah misi penting untuk memberantas mafia-mafia politik di
kota. Rama direkrut oleh Bunawar (Cok Simbara) untuk memberantas Uco (Arifin
Putra), anak dari Bangun (Tio Pakusadewo) yang masuk penjara. Akhirnya, Rama
menyamar sebagai tahanan untuk mendekati Uco.
Hal berbalik ketika Uco dan Rama semakin dekat karena dirinya telah
menyelamatkan Uco dari serangan tahanan-tahanan disana. Rama malah direkrut
menjadi kaki tangan Bangun atas rekomendasi Uco. Disinilah, Uco yang sudah
mulai bosan dibawah perintah Bangun mencoba untuk menjadi lebih. Dengan Bejo
(Alex Abbad), Uco mencoba menjalin kerjasama.
This is from indonesia.
Penyerbuan gedung yang berisikan gembong mafia diiringi dengan adegan
aksi yang banyak serta koreografi seni bela diri yang indah adalah kekuatan
dari The Raid seri pertama. Mungkin plot yang minim untuk berkembang adalah
satu kekurangan yang tak dihiraukan oleh siapapun karena The Raid berhasil
memberikan satu presentasi padat aksi yang sama sekali tidak memberikan
penonton untuk sekedar mengambil nafas dan mencerna setiap konflik di yang ada.
Maka, di sekuel ini lah semua yang menginginkan segala konflik atau
cerita yang begitu banyak dan berkembang dijawab oleh Gareth Evans. Memasukkan plot yang lebih banyak ketimbang
predesesornya meskipun tak memiliki satu alternatif baru di genre yang sama. Tetapi, sekali lagi,
apa yang kalian inginkan dari The Raid? Segala cerita yang diulik dengan sangat
mendalam? Sepertinya, penonton yang seperti itu berharap pada sesuatu yang
salah.
The Raid 2 : Berandal merekonstruksi dunia khayalan miliknya
dengan lebih gelap dan mendalam. Memang, The Raid 2 : Berandal tidak menjadi
satu cerita luar biasa dengan naskah jempolan. Tetapi, The Raid 2 : Berandal
akan menjadi salah satu masterpiece yang menjadi dokumen dalam negeri yang patut
untuk dibanggakan. Gareth Evans masih memikirkan bagaimana plot itu berlangsung
bukan hanya menjadi satu sampingan saja. Meskipun masih ada beberapa naskah
yang terlihat berantakan dalam penyampaiannya dan informasi yang juga masih
acak sana-sini.
Presentasi cerita milik The Raid 2 : Berandal ini memang masih terkesan
loncat sana-sini, terlebih ketika karakter di film yang sudah semakin menyesaki
layar. Bagaimana karakter-karakter yang sudah mulai banyak itu kurang memiliki
ruang untuk berkembang lebih jauh lagi terlebih di dalam durasinya yang cukup
lama sekitar 148 menit. Plot yang rumit yang terkesan familiar itu setidaknya
masih tertangani cukup baik. Dengan dialog-dialog yang mengalir serta
emosi-emosi yang begitu kuat dari para aktor dan aktris di film ini sehingga
alur cerita itu masih bisa dicerna dengan cukup baik.
Sekali lagi, The Raid bukanlah film dengan plot yang pintar dan luar
biasa. Tetapi, bagaimana perubahan signifikan dari predesesornya di segi plot ini merupakan satu effort
yang perlu diapresiasi. Gareth
Evans sepertinya tahu benar apa yang disorot dalam film The Raid seri
pertama
sehingga di sekuelnya kali ini apa yang disorot itu benar-benar
diekspos. Seni bela diri. Ya. Aksi baku hantam habis-habisan benar-benar
disorot di sekuelnya kali ini. Entah hanya dengan tangan kosong,
pisau, hingga palu dan juga pemukul baseball.
Bagi para pecinta aksi akan dimanjakan oleh Gareth Evans. Banyak
sekali adegan-adegan kekerasan yang begitu sadis dan berdarah itu diekspos
berlebihan but in a good way.
Koreografi seni bela diri yang semakin indah, car chasing yang memiliki tensi
thrill yang berlapis, dan kesadisan yang sudah sampai ke titik puncak. Darah
dimana-mana menunjukkan bahwa menghilangkan nyawa manusia semudah makan popcorn
saat menonton sebuah film. Baku hantam dimana-mana terlebih final act yang juga ditampilkan dengan
gila-gilaan tanpa henti. That was super
fun and super cool.
Semuanya disajikan dengan begitu berkelas and yes, it from our Indonesian Film makers. Its unbelievable but that
is the truth, jawaban atas Indonesia pun bisa memberikan film aksi dengan
berkualitas terjawab sudah di film ini. Semuanya dibuat dengan production value
yang buat tidak asal-asalan. Semuanya dimasak matang meskipun beberapa adegan
bisa dibilang ‘tribute’ dengan film-film
sejenis tanpa memedulikan kelogisan setting film. (hint : salju)
Departemen akting juga tidak ada yang dipermasalahkan. Mungkin
artikulasi yang kurang jelas dari Iko Uwais. Arifin Putra juga berhasil
menginterpretasi kesan jahat dan dingin anak seorang mafia. Aktor-aktris
lainnya mungkin hanya sebagai pemanis, karena selama 148 menit semuanya hanya
tentang Iko Uwais dan Arifin Putra yang memang menjadi pion untuk menjalankan
cerita dari The Raid 2 : Berandal ini.
Dan, dua karakter pencuri perhatian yaitu Alicia The Hammer Girl dan
Baseball Bat Man. Meskipun bukan karakter utama dan hanya memiliki screening time yang sedikit, tetapi
mereka mampu membekas di benak penonton. Menjadi sosok yang memorable terlebih
Alicia The Hammer Girl yang memberantas setiap orang dengan dua palu miliknya.
Begitupun juga dengan Baseball Bat Man, mungkin setelah menyaksikan film ini
kalimat “Sini, Ambilin Bolanya” akan
menjadi satu kalimat yang tak lagi sama jika kita mendengarkannya lagi.
Overall, The Raid 2 : Berandal menjadi ronde kedua yang lebih brutal,
keras, dan sadis dari predesesornya. Lebih gelap dengan cerita yang lebih
berkembang meskipun masih ada beberapa ceritanya yang kurang sana-sini. Tetapi,
tentu saja jualan The Raid 2 bukanlah cerita yang luar biasa hingga mendapatkan
efek mind-blowing. The Raid 2 : Berandal adalah film milik sineas Indonesia
yang sangat patut untuk diapresiasi. This
is insanely awesome. Madness.
yes, it is the best action movie so far
BalasHapusgan, cuma mau kasih masukan. "100 percent made
BalasHapusfrom Indonesian film
makers" nya dihapus tuh. Si Gareth Evans itu orang Wales loh, buka wikipedia sono. Lain kali kalo mau posting cari2 info dulu. Jangan cuma nonton. Sori gan, cuma kritik aja :))
terima kasih atas masukannya. mungkin akan diganti saja yah.
HapusDirector dan writernya orang Welsh, adegan kejar-kejaran mobil manggil stunt profesional dari Hong Kong, DoP -nya bukan orang Indo ... dan banyak lagi. Bangga itu baik, tapi kalau sampai menulis 100 persen Indonesian movie, rasanya salah sebagai penulis.
BalasHapus