Kamis, 14 Maret 2013

REVIEW + 3D REVIEW - Oz The Great And The Powerful

Film fantasi The Wizard Of OZ memang sangat melegenda. Kali ini, Disney mencoba untuk mengambil kesempatan atas film tersebut. Maka dari itu, Disney membuat sebuah prekuel dari film The Wizard Of OZ. Dengan digawangi oleh Sam Raimi yang berhasil di film-filmnya. Apakah Oz The Great And The Powerful juga akan berhasil? Atau hanya sebuah interpretasi yang gagal?

Menceritakan seorang pesulap bernama Oscar Diggs (James Franco) yang terbawa angin topan masuk ke dalam dunia Oz. Dia bertemu dengan Theodora (Mila Kunis) penyihir baik di dunia itu. Menurut ramalan di dunia Oz, akan ada seorang penyihir yang akan membantu membunuh si Penyihir Jahat. Theodora mempunyai seorang kakak bernama Evanora (Rachel Weisz). Oscar pun menyanggupi perintah Evanora yang menyuruhnya membunuh penyihir jahat karena terlena oleh harta yang didapatkannya. Ternyata yang disangka penyihir jahat adalah Glinda (Michelle Williams) yang ternyata hanya di fitnah oleh Evanora. Glinda dituduh meracuni ayahnya sendiri.
http://www.anonlineuniverse.com/wp-content/uploads/2013/02/Oz-The-Great-and-Powerful-3.jpg 
Oz, Very Powerful And Great For 10-years old kid. For Adult? A Little bit entertaining.  
Sudah lama saya menantikan film ini dan akhirnya saya tonton juga. Beberapa ekspektasi tinggi saya tancapkan saat menonton trailer film ini karena perpaduan warna yang bagus di beberapa scene-nya dan juga sebuah tampilan layaknya Alice In Wonderland. Meski biasanya Tim Burton yang tau menangani film dengan tema seperti ini. Tetapi kali ini Sam Raimi yang menangani film ini. Jam terbang Sam Raimi memang tak bisa diremehkan lagi. Trilogy Spiderman yang digarap dengan epic juga menjadi pertimbangan saya dan semakin menunggu-nunggu film ini. But after I watch this movie, I have two side opinion here. Well, this movie have childish story. Cerita yang film ini yang lebih ditujukan kepada anak-anak sehingga beberapa adegan aksi dan petualangan yang saya harapkan di film ini pun terasa kurang. Dengan durasi sekitar 125 Menit, ada beberapa penceritaan yang memang cliche, cheesy and childish. Film ini menjadi sebuah Prekuel dari The Wizard Of OZ yang sama sekali tidak mengambil cerita dari novel seri The Wizard Of Oz. Pertarungan antara si baik dan si jahat tetap menghiasi cerita ini karena memang inti cerita yang seperti itu. Jalan cerita film ini yang bisa membuat siapapun tahu apa yang akan terjadi selanjutnya berjalan apa adanya, mungkin dengan beberapa polesan yang tak sedikit meninggalkan goresan bagi penontonnya. At least, Cerita yang monoton dan predictable itu setidaknya diberi sedikit Twist yang mungkin akan memberikan nafas segar bagi penonton dewasa yang mungkin merasa film ini kurang diberikan suntikan cerita alternatif. Tetapi sayang, beberapa Twist itu disampaikan dengan begitu cepat. Alhasil penyampaian cerita itu terkesan kurang tergali dan it just happening. Diawal mungkin sebuah premis cerita yang menjanjikan tentang seorang Oscar Diggs sudah berhasil tersajikan dengan baik. Latar belakang seorang Oscar Diggs sudah cukup tergali dengan penggunaan aspect ratio 1:37:1 dengan tone color black and white untuk 15 menit awal film ini yang semakin memperkuat jalinan cerita untuk pembuka film ini. Lalu bertransisi masuk ke dalam dunia Oz dan kembali menggunakan aspect ratio yang standar digunakan 2:39:1 dan menggambarkan dunia Oz yang penuh warna. Tetapi semua cerita yang bertemakan anak-anak sebenarnya bagus bagi Disney yang notabene adalah production house movie yang sering membuat film untuk anak-anak. Setidaknya ini seperti nostalgia bagi Disney untuk bekerja sesuai pakemnya dulu. Membuat sajian cerita anak-anak yang magical, fun, with much fairytale taste.
http://nerdreactor.com/wp-content/uploads/2013/02/oz-great-and-powerful.jpg 
"Alice In Wonderland" Vision but more colorful and little bit fake
Dunia OZ di film ini pun digambarkan hampir sama dengan dunia Wonderland milik Alice. Hanya saja Raimi berani memberikan warna yang lebih ceria (berlebihan malah) untuk dunia Oz. Warna-warna mencolok yang dipadu padankan rasanya berlebihan dan saling bertabrakan sehingga beberapa kali bikin pusing saat melihatnya. Dunia OZ digambarkan dengan taste yang anak-anak sekali. Lalu yang tak disangka, beberapa CGI yang mungkin sengaja dibuat agar terlihat kasar di film ini. Mungkin untuk memberikan tribute untuk film The Wizard Of OZ. Akhirnya Raimi memutuskan untuk beberapa kali memberikan CGI yang mungkin akan terkesan klasik tetapi akan terlihat sedikit menggelikan untuk disaksikan di tahun 2013 ini. Raimi mungkin juga tak salah ambil jalan sebenarnya. Untuk menjaga rasa nostalgia bagi para pecinta The Wizard Of Oz, mungkin itulah kenapa Raimi memberikan CGI yang sedikit seperti palsu dan memang rasa klasik itu masih terasa di film ini. Tetapi bagi penonton yang tak pernah menonton The Wizard Of Oz? It does not work. It still look like ridiculous. Penonton akan dengan mudah tahu bahwa semua dunia Oz itu hanyalah sebuah Studio dengan Green screen yang besar dipoles menjadi sebuah Dunia Oz penuh warna mencolok itu. Lalu beberapa kolaborasi antara Animasi dengan manusia yang terlihat cukup kaku. Seperti tokoh Girl-from-ceramics-thing (lupa namanya) itu juga terlihat palsu karena cara pemainnya yang cukup kaku saat berinteraksi dengan makhluk fiksi itu. Dengan konsep cerita yang cliche, story about evil versus good ini di sajikan dengan durasi yang cukup panjang. Beberapa cerita yang mungkin lebih bisa dipadatkan lagi ternyata dipanjang-lebarkan sehingga sedikit membosankan. Dengan penceritaan yang bertele-tele itu, sebuah penyelesaian film ini menjadi terasa disesal-sesalkan agar tidak menyisakan beberapa tanya. Akhirnya ritme film ini menjadi kacau balau di paruh akhir dan serasa segera ingin mengakhiri film ini yang mungkin dengan gampang ditebak akhirnya. Tetapi beruntung sekali, Joke-joke yang disajikan di film ini mengena dan membuat tawa yang cukup renyah dan menyelamatkan penonton dewasa yang sudah kebosanan dengan film ini. Tetapi menurut saya, film ini selangkah lebih maju ketimbang Alice In Wonderland versi Tim Burton. Oz The Great And The Powerful setidaknya memberikan cerita yang juga cukup seru dan menyenangnkan daripada Alice In Wonderland. Meski sebenarnya dua film itu satu tipe (Alice In Wonderland meski begitu masuk Guilty Pleasure saya). Para pemain di film ini pun rasanya juga kurang bermain dengan epic. Lihatlah betapa kaku dan konyolnya James Franco saat memerankan sesosok Oscar Diggs yang mempunyai sifat yang unik. Rasanya masih kurang pantas saja. Mila Kunis, Rachel Weisz, serta Michelle Williams yang bermain biasa saja layaknya bersenang-senang dan beruntung mereka bertiga menjadi 3 Penyihir yang juga berperan sebagai pemanis film ini.
Well, Oz The Great And The Powerful adalah sebuah film fiksi fantasi yang mungkin lebih ditujukan untuk anak-anak. Untuk orang dewasa, mungkin hanya beberapa bagian saja yang akan menghibur. Sam Raimi too much playing safe and this less exploration from him. But yeah, This movie still my Guilty Pleasure
Bagaimana dengan Kualitas 3D film ini? Is it worth for every penny spent for this? 
Brightness
Kecerahan film ini yang bagus sehingga gambar film ini tak terlihat gelap dan tidak membuat para penontonnya akan lelah mengikuti film ini karena gambar yang gelap 
Depth 
Sejak awal dengan aspect ratio 1:37:1 dengan tone color black&White, film ini sudah memberikan sebuah kedalaman yang fantastis hingga akhirnya bertransisi ke aspect ratio 2:39:1 yang ternyata semakin mendukung kualitas depth film ini. Rasanya seperti kita melihat langsung sebuah kejadian dari sebuah jendela.
Pop Out
Adegan pop out di beberapa scene film ini memang banyak sekali. Dan semuanya fantastis. Semuanya benar-benar berinteraksi dengan penontonnya meski ada beberapa bagian yang sedikit tidak terasa. Tetapi, pop out yang diberikan benar-benar terasa. 

Meski dari segi kualitas film ini terasa kurang. Tetapi beberapa efek 3D film ini setidaknya akan memulihkan rasa kekecewaan anda terhadap film ini. Dan uang kita tak terbuang sia-sia. World of Oz vision more Great And Powerful if you watch it on 3D.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar