Dreamworks Animation Pictures
sudah menambatkan dirinya sebagai Animation movie maker dengan jam terbang
tinggi. Tak salah, dia pun bisa jadi saingan terberat bagi studio animasi yang
sudah berkali-kali memenangkan piala Academy Awards yaitu Pixar. Di tahun ini
pun, Dreamworks Animation sudah mengeluarkan film animasinya dengan kualitas
yang bagus yaitu The Croods. Dan filmnya yang kedua yaitu Turbo pun dirilis.
Menceritakan tentang seekor siput
bernama Theo (Ryan Reynolds) yang berusaha untuk menjadi siput yang cepat. Dia
sangat terobsesi dengan balapan dan mobil dengan kecepatan tinggi. Dia juga
mempunyai seorang Idola Pembalap bernama Guy
Gagne (Bill Hader). Dan Akhirnya
suatu ketika kejadian menimpa dirinya. Dia pun terkena Radiasi NOS yang
ternyata merubah hidupnya.
Dia berubah menjadi seekor siput
dengan kecepatan tinggi. Tanpa sengaja, seorang menjual Taco bernama Tito
(Michael Pena) menangkap Theo dan Kakaknya bernama Chet (Paul Giamatti).
Ternyata Tito mengetahui keanehan yang terjadi pada Theo dan dia pun diikutkan
Lomba Balap di Indiana Polis 500. Tempat yang diidam-idamkan oleh Theo.
Original premise but isn't executed well.
Dreamworks Animation pictures
menjadi sebuah animation studio yang cukup produktif. Film-film animasinya pun
pasti akan meramaikan tiap tahunnya. Dengan tema cerita yang cukup inovatif dan
imajinasi-nya yang luar biasa tinggi. Jadi mungkin film-film animasinya akan
dibuat dengan warna-warna yang bertabrakan satu sama lain dan menarik. Meski
terkadang terlihat norak tapi tak salah jika metode itu di lakukan pada film
animasi yang notabene ditujukan kepada anak-anak.
Tahun ini, The Croods tak
disangka menjadi sebuah surprise di awal tahun yang cukup gemilang. Jalinan
kisah animasi yang cukup kuat dengan design character yang menggemaskan. Maka,
Dreamwoks pun telah menyiapkan sebuah film animasi yang siap bersaing di musim
panas kali ini melawan film-film musim panas lain. Turbo. Sebuah film tentang
siput yang mempunyai imajinasi yang cukup tinggi dan dengan taste kekanak-kanakan
menurut saya.
Tak masalah bagi Dreamworks
dengan ide gilanya itu. Turbo jelas sebuah premis original yang gila dan
menggelikan. Tapi premis-premis seperti itulah yang harus digunakan untuk dapat
bersaing di Hollywood dan tangga Box Office. Jadi tak ada yang menggelikan di
dunia perfilman asal sang sutradara tahu bagaimana mengeksekusi dan bertanggung
jawab atas kualitas seperti apa yang diberikan saat ide gilanya itu sudah
dibuat. Turbo pun digawangi oleh David Sorren yang baru pertama kali
mengarahkan sebuah film layar lebar.
Sayang, Turbo bukan sebuah film
dengan eksekusi baik dari sebuah Ide Gila milik David Sorren itu. Dengan ide
original yang kuat tak lantas membuat film ini jadi baik dan segila konsepnya.
Beberapa kesamaan plot yang mungkin akan mengingatkan kita pada film milik
Pixar bernama Ratatouille. Hanya saja kali ini yang berusaha untuk
merealisasikan impiannya bukanlah Tikus melainkan seekor siput. Formula yang
cukup mirip memang. Tapi pembawaan mereka pun jelas berbeda. Turbo bisa dianggap
gagal memberikan menyajikan film animasi yang bagus.
Saya sudah berharap mungkin Turbo
bisa jadi sebuah Surprise layaknya The Croods di awal tahun. Dreamworks
Animation pun tak seberapa mempunyai track record bagus untuk film animasinya.
Tak ada kualitas yang begitu signifikan. Mungkin How To Train Your Dragon serta
Shrek (itupun hanya bertahan pada seri keduanya saja) yang mempunyai kualitas
yang sangat bagus untuk production House ini. Tapi, Turbo malah berubah menjadi
sebuah film animasi yang tak berkualitas. Sangat kekanak-kanakan dan tak
melesat cepat layaknya Theo yang terkena NOS di film ini.
Flat, Boring, and much failed jokes for we as teenagers.
Bagi sebagian orang terutama para
Remaja dan Orang dewasa. Menonton film animasi atau kartun adalah hal yang
paling kekanak-kanakan yang pernah dilakukan. Well, I don’t believe it. Karena
masih banyak film-film animasi yang bisa disaksikan universal bagi segala usia.
Tapi masih banyak juga yang akhirnya tetap menjadi sebuah film animasi yang
target pasarnya adalah khusus anak-anak dengan berbagai guyonan slapstick nya.
Hal seperti itulah yang terjadi
di film Turbo. Berbeda dengan The Croods yang mampu tampil seimbang antara
jokes slapstick bagi anak-anak dan beberapa jokes dewasa yang diusung dengan smart.
Turbo hanyalah sebuah film animasi dengan komedi slapstick yang memang
ditujukan bagi anak-anak. Well, bagi saya jokes-nya bisa dihitung jari yang
bisa membuat saya tertawa. Karena adegan-adegan humornya tersaji kering tak
bertenaga.
Bahkan terkesan menggelikan dan tak membuat saya tertawa. Komedi
slapstick ini pun diperparah dengan pengulangan yang begitu banyak sehingga
jelas malah menganggu saya. Tak malah membuat saya tertawa jatuhnya pun seperti
distracting jokes film ini yang jelas sudah tak memberikan daya tawa bagi saya.
Dengan durasi 90 menit. Turbo
berjalan dengan sangat lambat. Alur cerita film ini pun berjalan lambat
layaknya Siput-siput kebun di film ini. Ceritanya memang sejenis dan cliche.
Tapi toh masih banyak kan film animasi dengan formula seperti ini yang nyatanya
masih bisa dieksekusi dengan begitu baik. Turbo ternyata gagal mengeksekusi
formula usang yang sering dipakai oleh film-film animasi lainnya. Rasanya
Darren Lemke selaku Screenwriter masih kurang bisa mengolah tema-tema ini
dengan baik.
Film dengan tema cerita Zero To
Hero or People who want to make their dreams come true. Semua cerita yang penuh pesan
moral dan inspiratif ini pun gagal dan tanpa tenaga. Begitu pula dengan
beberapa scene yang berusaha untuk memberikan sisi sentimentil bagi
penontonnya. But Sorry, it doesn’t work. Eksekusinya pun tak diperhatikan.
Sehingga jalinan cerita Turbo pun terasa sangat lama. Semua jalinan ceritanya
terasa datar.
Sungguh disayangkan memang. Turbo
yang mempunyai sebuah ide gila ini tak tereksekusi dengan baik. Sehingga
membuat saya cukup tak nyaman dengan hasil yang disajikan di depan mata saya.
Ketika saya berfikir, mungkin saya menganggapnya terlalu serius. Toh nyatanya
saya memang kurang begitu menyukai Turbo. Ini seperti Ratatouille meets Cars
tapi dengan kualitas yang masih jauh dibawah kedua film tersebut. Beberapa
scene-nya terkesan magical khas anak-anak tapi cukup menggelikan. Dengan
berbagai cerita yang predictable.
Dari segi teknis pun, rasanya
design character di film ini masih cukup adorable di film ini. Permainan warna
khas Dreamworks. Sangat mencolok mata dan sedikit efek-efek yang pop out yang
norak juga masih menjadi hook Dreamworks di film ini. Tapi entah, saya masih
menemukan gimmick-gimmick yang terlihat begitu kaku dan tak sehalus Dreamworks
biasanya ataupun Pixar. Atau mungkin gimmick tersebut hanya karena
karakterisasi yang tak menyatu dengan voice over nya?
Well, pengisi suara di film ini
memiliki nama-nama yang cukup terkenal. Sebut saya Ryan Reynolds sebagai Theo.
Ryan Reynolds pun mengisi sosok Theo dengan penghayatan yang kurang. Sehingga
terkadang masih ada hal yang tak terkoneksi baik antara mimik wajah sang siput
dengan suara milik Ryan Reynolds. Malah Paul Giamatti sebagai Chet lah yang
berkontribusi cukup baik disini. Serta karakter Whiplash yang diisi oleh Samuel
L. Jackson yang cukup menghibur di film ini.
Dari segi soundtrack pun lebih
banyak memberikan lagu-lagu lawas yang cukup masuk di film ini. Contohnya We
Are The Champion milik band legendaris Queen. Sisanya berisi lagu dengan genre
musik Hip Hop dan Rap yang menghiasi sepanjang film ini. Karena salah satu
pengisi suara di film ini adalah Snopp Dogg yang adalah seorang rapper terkenal
di US.
Overall, Turbo is just a crazy
and original idea which not executed well. Much jokes in this movie which not
makes me laugh. Story about zero to hero theme with flat and boring execution.
Sorry, Doesn’t mean I’m too take it seriously but it very doesn’t work for me. Well,
Dreamworks at it worst is goes to Turbo. No powerful story. No mo..
Seperti biasa, Dreamworks pun
selalu mengeluarkan film-film animasinya dengan format 3D. Turbo pun dirilis
dalam format 3D. Saya akan memberikan review nya bagi kalian.
BRIGHTNESS
Kecerahan film ini jika
disaksikan dalam format 3D masih cerah. Tak membuatnya sedikit gelap ketimbang
versi 2D nya.
DEPTH
Tak ada yang spesial dari segi
Depth film Turbo. Rasanya biasa saja. Tak seperti film-film Dreamworks
Animation biasanya.
POP OUT
Ini yang mungkin
dinanti-nantikan. Efek Pop out. Biasanya Dreamworks mempunyai efek Pop out yang
cukup banyak. But hey, There’s no special Pop Out effect in Turbo 3D. Pop out
nya pun tak banyak dan tak ada yang istimewa.
Well, terserah bagi kalian ingin
menyaksikan film ini dalam format 3D ataupun 2D. Toh tak ada hal yang begitu
signifikan yang terjadi saat kita menyaksikan film ini dalam format 3D. Tapi
mengingat harga tiket 2D dan 3D yang sama mungkin tak ada salahnya mencoba film
ini dalam format 3D. Tapi, itu tergantung kalian as an audience. Decide it by
yourself.
Keanehan yg muncul dalam benak ane adalah: "Itu siput apa gak habis tubuh lunaknya tergesek aspal dengan kecepatan seperti itu ?, besi aja akan panas, pijar, lalu leleh,, itu sama seperti diamplas" :D
BalasHapus