Para pelakon di bidang akting merambah keahlian mereka di dunia balik
layar perfilman memang sedang menjadi tren. Mereka mencoba untuk mengarahkan
film mereka sendiri, meskipun beberapa masih ada yang mencoba keahlian mereka
lewat film pendek. Reza Rahadian, Acha Septriasa, Ladya Cheryl, dan Lukman
Sardi awalnya juga memulai debut mereka lewat film pendek. Lukman Sardi
memberanikan diri untuk mengasah lagi kemampuannya dalam mengarahkan sebuah
film panjang yang di rilis di bioskop.
Lewat production house, MNC Pictures, yang diproduseri oleh Affandi
Abdul Rachman, Lukman Sardi mengarahkan film dengan tema tragedi 98. Isu yang
memiliki interpretasi luas dan menjadi salah satu tragedi yang menjadi sejarah transisi
negara Indonesia. Lukman Sardi menggambarkan kejadian bersejarah itu lewat
filmnya berjudul Di Balik 98. Film ini memiliki nama-nama terkenal seperti
Chelsea Islan, Boy William, dan masih banyak nama-nama lainnya.
Di Balik 98 adalah universe fiktif milik Lukman Sardi yang menggunakan
latar belakang kejadian 98. Di mana memiliki banyak karakter untuk menjalankan
beberapa cerita tematis untuk setiap karakternya. Di mana Diana (Chelsea
Islan), seorang aktivis di Universitas Trisakti yang sangat melawan
keotoritasan Soeharto pada saat itu. Diana adalah adik dari seorang Tentara
bernama Bagus (Donny Alamsyah) dan pegawai dapur Istana bernama Salma (Ririn
Ekawati).
Di dalam rumah, pendapat mereka pun saling berlawanan. Diana pun
mempunyai teman laki-laki bernama Daniel (Boy William). Daniel adalah lelaki
keturunan tiongkok yang hidup bersama ayah dan adiknya. Etnis tiongkok yang
sangat terancam di tragedi 98 ini tentu memengaruhi kehidupan Daniel dan
keluarganya. Juga ada Ayah dan Anak gelandangan yang hidup kesusahan saat
tragedi itu berlangsung.
Menggabungkan tema cinta, keluarga, dan politik dengan setting tahun
1998 bukanlah perkara mudah. Tema tragedi 98 ini pun adalah sebuah tema yang
sangat besar, perlu ketrampilan yang sangat baik untuk menyampaikan pesannya
dengan baik kepada penontonnya. Tentu, Lukman Sardi mengemban tugas berat
apalagi ini adalah debut pertamanya di layar lebar. Pintarnya, Lukman Sardi
menggunakan sebuah cerita fiktif agar tak salah langkah di dalam pengarahannya.
Lukman Sardi ingin menyampaikan sebuah film dengan berbagai sudut pandang
ras atau etnis dan kelas sosial saat tragedi 98 ini berlangsung. Sebuah
pemikiran yang hebat dan besar meski jika salah sedikit, ini akan menjadi
bumerang hebat bagi filmnya. Di Balik 98 adalah film dengan pemikiran hebat dan
besar yang dijadikan dasar dalam menjalankan ceritanya. Tetapi, treatment yang
masih belum sempurna ini membuat pemikiran hebat ini terhambat.
Untuk deliver sebuah cerita, apalagi dengan karakter yang sangat
banyak butuh detil arahan yang baik. Sebagai debutan, Lukman Sardi masih perlu
mengasah lagi kemampuannya dalam menyampaikan cerita dengan baik. Di Balik 98 memang
memiliki cerita yang sederhana, tapi dengan catatan untuk setiap karakternya.
Terbuai oleh kesederhanaan cerita, film ini tak sadar bahwa akan memiliki
kompleksitas apalagi ada beberapa karakter yang saling berhubungan.
Di sinilah salah satu sisi negatif dari Di Balik 98, bagaimana semua
cerita sederhana di film ini pun tidak bisa membuat penontonnya untuk bertahan.
Cara bertuturnya pun tersendat-sendat di dalam durasinya yang hanya 95 menit.
Akhirnya, Di Balik 98 pun memiliki tempo cerita yang melambat saat durasinya
semakin bertambah. Di sini terlihat bagaimana Lukman Sardi sangat berhati-hati
saat mengarahkan filmnya.
Tetapi, kehati-hatian sang sutradara harus mengorbankan suasana hati
penonton yang tak pernah diajak naik. Penonton yang tak pernah menjamani era 98
tersebut pun tak pernah tahu bagaimana tegang, riuh, dan takutnya zaman itu.
Meskipun hal-hal tersebut ditampilkan dengan nyata lewat adegan-adegannya,
tetapi adegan tersebut pun kosong, tak memiliki nyawa atau suasana sebesar
penggambaran adegan mereka.
Film ini mempunyai banyak sekali karakter saat menggerakkan cerita.
Tetapi, ruang untuk bergerak itu sangat sempit. Banyak sekali karakter yang
akhirnya tidak memiliki tujuan yang jelas atau hanya tampil sebagai formalitas.
Semua karakter pun tidak dapat bergerak bebas, banyak sekali cerita yang terasa
belum selesai atau malah belum tersampaikan. Maka, tujuan Lukman Sardi untuk
akhirnya menggabungkan beberapa tema cinta, politik, dan keluarga pun akhirnya
gagal di dalam film perdananya ini.
Beruntung, Lukman Sardi masih sadar dalam memberikan detil-detil kecil
dalam production value-nya di film ini. Beberapa cameo dari tokoh-tokoh besar,
tempat-tempat yang digarap sama dengan zamannya, sehingga Di Balik 98 masih
dapat digolongkan sebagai sebuah film yang masih digarap serius oleh sineasnya.
Meskipun minim tragedi bersejarah karena Lukman Sardi memang memfokuskan ke
dunia fiktif buatan dirinya sendiri.
Sebagai debutan, Lukman Sardi sudah memiliki bakat untuk mengarahkan
sebuah film. Karena beberapa hal teknis membuat Di Balik 98 masih dikategorikan
sebuah film yang digarap secara serius. Namun, Lukman Sardi perlu untuk
mengasah kemampuannya lagi dalam bidang penyutradaraannya. Lukman masih
terlihat kesusahan untuk menyampaikan pesannya kepada penonton lewat
karakter-karakter fiktifnya dengan setting tahun 98 yang notabene masih susah
untuk diolah.
seneng banget baca review film di sini >.< blog favoritku.
BalasHapusterima kasih.
Hapussenang rasanya ada yang suka dengan tulisan saya. :)
Salam dari Malaysia. Saya masih baru didalam dunia blogger ini, dan amat meminati untuk berkongsi sama dalam apa jua hal blog yang berkaitan dengan hal-hal filem. Setelah melihat, membaca, nota-nota dari blog tuan, sekurangnya, ada tempat untuk saya membuat rujukan dan menambah ilmu blogger, dan membuat aktiviti sihat. TERIMA KASIH.
BalasHapusMohon dilawati blog saya: http://alitvfilm.blogspot.com/
sekiranya ada kelemahan, jangan ragu-ragu untuk memberi pandangan anda tentang blog saya.