Mira Lesmana dan Riri Riza kembali meramaikan perfilman Indonesia
tahun ini. Setelah tahun lalu merilis film berjudul Atambua 39 Derajat Celcius.
Kali ini, mereka membuat lagi film bertema anak-anak dan pendidikan dengan
judul Sokola Rimba yang terinspirasi oleh buku dan perjuangan hidup milik Butet
Manurung.
Butet Manurung (Prisia Nasution) adalah seorang wanita yang
mendedikasikan dirinya dengan pendidikan. Dia tergabung dengan sebuah LSM
dimana dia mendapat kesempatan untuk mengajarkan baca, tulis, serta menghitung
kepada anak-anak rimba di Hulu sungai Makekal. Hingga suatu hari, dia
diselamatkan oleh seorang anak bernama Bungo yang sedang menemukan butet
terkapar dipinggir sungai.
Butet pun mencoba untuk mendekati Bungo. Bungo adalah seorang anak
makekal hilir yang ingin belajar baca tulis. Tetapi, banyak sekali rintangan
yang dihadapi oleh Butet. Salah satunya adalah kepercayaan orang makekal hilir
yang mengatakan bahwa pendidikan akan mendatangkan penyakit. Tetapi, Bungo juga
masih bersikeras untuk belajar karena sebuah dia ingin menyelamatkan kampungnya
dari perjanjian dengan orang luar yang dia tidak bisa baca.
A very good packaging education-dedicated movie
Miles Films, sering menghasilkan film-film yang bagus. Riri Riza dan Mira Lesmana
adalah dynamic duo yang bisa memajukan perfilman Indonesia dengan film-filmnya
yang memiliki isi berkualitas. Film bertemakan anak-anak banyak dihasilkan oleh mereka. Petualangan
Sherina, yang juga membangkitkan perfilman Indonesia. Film anak-anak yang
sangat fenomenal pada tahun itu. Begitu pun dengan Laskar Pelangi. Filmnya yang
Box Office dan menarik banyak penonton Indonesia. Tak hanya memiliki penonton
yang meledak-ledak tapi juga dengan isi ceritanya yang mumpuni.
Meskipun Sang Pemimpi sekuel milik Laskar Pelangi bisa dibilang gagal
tapi, kepercayaan masih ada pada dynamic duo ini. Maka, ketika sebuah film
bertema anak-anak lainnya yang coba dibuat oleh Miles Films rasanya sudah tidak
bisa diragukan lagi. Sokola Rimba ini berdasarkan pada kisah nyata milik
wanita tangguh asal Jambi yang mengajarkan baca-tulis kepada anak-anak rimba
yaitu Butet Manurung. Bukan hanya kisah nyata saja, tapi juga diangkat dari
buku yang juga ditulis oleh Butet Manurung itu sendiri yang menceritakan
perjuangannya mengajarkan anak-anak Rimba di Jambi baca-tulis.
Riri Riza selaku sutradara film ini berhasil mengarahkan film Sokola
Rimba ini. Sebuah film Indonesia bertema anak-anak lainnya yang juga menjadi
film Indonesia terbaik yang pernah saya tonton tahun ini. Sokola Rimba adalah
film tentang dedikasi kepada dunia pendidikan yang memiliki cerita yang sangat menghangatkan
hati. Terlihat jelas jika film ini memang dibuat dengan hati. Maka, banyak
sekali totalitas yang saya temui di film ini.
Mungkin beberapa cerita yang ada di film ini masih terlihat jumpy. Ceritanya
seperti sedikit berlarian kesana kemari sehingga membuat penontonnya bingung. Apalagi
ketika awal film ini, beberapa masih menjadi sebuah pertanyaan hingga akhirnya
penonton harus mengolahnya sedikit demi sedikit untuk memahami film tersebut. Mungkin
juga pengaruh editing yang rasanya masih kasar dan terkesan tidak rapi, sehingga banyak cerita filmnya yang tersampaikan sedikit meleset di dalam
filmnya.
Ceritanya sangat engaging, mengikat kita untuk merasakan atmosfir yang disajikan di dalam filmnya. Cerita sederhana
tentang pendidikan yang memiliki berbagai sentilan-sentilan tajam bagi diri
kita. Cerita yang juga mengaduk-aduk emosi penontonnya. Banyak sekali adegan-adegan di
dalam film ini yang rasanya membuat penontonnya tersentuh. Riri Riza mampu
mengantarkan suasana-suasana haru itu dengan bagus. Menimbulkan atmosfir hangat
yang akan membuat kita merinding sekaligus terharu dengan adegan-adegan yang
ada di dalam film Sokola Rimba ini. Mungkin beberapa unsurnya akan mengingatkan
kita dengan karya Riri Riza sebelumnya yaitu Laskar Pelangi.
Much moral value without trying to be preachy
Bagi orang-orang yang ingin mendapatkan sebuah film yang penuh pesan
moral. Sokola Rimba cocok bagi kalian yang menikmatinya. Banyak sekali pesan
moral yang akan kita dapat saat menyaksikan Sokola Rimba. Bagusnya lagi,
dialog-dialognya yang pintar dan bagaimana cara sang sutradara membungkus film
penuh dengan pesan moral tanpa terlalu menceramahi penontonnya. Penonton pun akan lebih meresapi apa sajian moral yang dipresentasikan
di layar bioskop. Penyampaiannya juga tidak kaku, diselipi dengan animasi yang cukup komunikatif di dalam filmnya.
Belum lagi, kita akan mengetahui banyaknya adat-adat di suku pedalaman
Indonesia yang memang masih ada. Bagaimana salah satu suku di Makekal Hilir
yang menganggap bahwa dengan belajar akan membawa petaka. Serta berbagai pesan
moral seperti Kita tidak perlu terlalu simpati dengan suku-suku pedalaman, karena
mereka memiliki caranya masing-masing untuk belajar dengan sesuatu karena
mereka bisa selangkah lebih maju ketimbang manusia Modern. Mereka lebih bisa
peka dengan alam dimana alam berpengaruh penting terhadap tempat kita tinggal. Juga
pelajaran dari sesosok Butet Manurung, dimana kita mendedikasikan diri kita
harus tanpa pamrih.
Banyak sekali pelajaran berharga di film ini. Menampilkan banyak
sekali unsur kekeluargaan, meskipun tidak secara harfiah unsur keluarga itu
ditampilkan oleh film ini. Ini adalah sebuah film Indonesia dengan presentasi
yang sangat mengagumkan dari segi kualitas tahun ini. Dengan cerita yang pop
dan sederhana yang bisa dinikmati oleh semua kalangan serta semua umur. Sebuah
pilihan tepat untuk sarana hiburan kita bersama keluarga. Ajak semua sanak
saudara menyaksikan film ini dan pasti akan terhibur.
Kelebihan lainnya berada pada bagaimana hampir separuh dari film ini
akan dibumbui dengan dialog-dialog dengan bahasa Jambi. Ini adalah kelebihan
yang bagus sekali. Kita sebagai penonton akan seperti berada dalam suasana
daerah Jambi. Pemilihan yang tepat bagi film ini karena juga akan mengekspos
kultur-kultur yang ada di Indonesia. Dimana Indonesia kaya akan bahasa daerah
dan harus dilestarikan. Ini bisa menjadi pelajaran bagi perfilman Indonesia
yang mengekspos sisi kultur dalam sebuah film. Saya sangat kagum.
Untuk jajaran aktor-aktrisnya, mungkin bisa dibilang Prisia Nasution
adalah satu-satunya pemeran utama disini. Dia berhasil menjadi sosok Butet
Manurung yang inspiring tanpa terkesan heroik. Inilah kekuatan
dalam film ini. Prisia Nasution berhasil menghidupkan karakter Butet
Manurung. Dengan segala kemahirannya, dia menghidupkan karakter itu dan
berhasil dengan luwes berdialog dengan bahasa khas Jambi.
Mungkin banyak karakter lainnya di film ini, meskipun pembantu tetapi rasanya
mereka masih kaku dalam akting, malah anak-anak Rimba di dalam film ini mampu
bermain lebih luwes ketimbang pemeran pembantu yang lain. Karakter anak-anak rimba ini sangat lovable. Suara-suara
musik buatan Aksan Sjuman yang juga terlantun Indah dan sederhana di dalam
suasananya. Membuat penontonnya juga semakin larut dalam keindahan yang tersaji dalam Sokola Rimba ini.
Begitu pun dengan sinematografinya yang juga menangkap banyak
gambar-gambar bagus di dalamnya. Beberapa adegan mungkin mengingatkan saya
dengan gaya milik Terence Malick. Menangkap beberapa keindahan alam yang entah
tidak memiliki benang merah dengan cerita atau konflik di dalam filmnya
sendiri. Beberapa adegan yang hanya menangkap keindahan alam yang abstrak yang
mereka coba selipkan di dalam film ini. Indah.
Overall, Sokola Rimba adalah film dengan tema dedikasi terhadap
pendidikan yang dibuat dengan sepenuh hati. Meskipun beberapa editing yang
kurang rapi dan cerita yang jumpy mengurangi kesempurnaan film ini. Tetapi, ini
adalah sebuah drama yang hangat, pintar, dan memiliki banyak suntikan-suntikan
moral kepada diri kita. Tonton film ini dengan keluarga. Salah satu Film Indonesia terbaik
tahun ini dan berbanggalah perfilman Indonesia memiliki Riri Riza dan Mira
Lesmana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar