Sebuah drama cinta remaja di Indonesia tahun ini mungkin tidak terlalu banyak. Refrain, presentasi yang cukup gagal dan mentah di dalam filmnya dengan ceritanya yang klise. Maka, digarap dari sutradara yang sama dengan Refrain, Fajar Nugros membuat sebuah film dengan tema kisah cinta remaja lagi dengan judul Adriana.
Adriana pun memberikan banyak
teka-teki yang menjuruskan Mamen agar bisa bertemu dengannya lagi dan untuk
sekedar menyapanya lagi. Mamen pun dibantu Sobar untuk memecahkan teka-teki itu
yang berisikan tentang banyak sejarah tentang kota Jakarta.
Historical Journey in Casual teenage love-flick
Fajar Nugros kembali mengarahkan
film. Tahun ini, dia seperti kejar setoran. Sudah total 3 film yang dia
tangani. Cinta Brontosaurus, Refrain, dan kali ini Adriana. Dalam rekaman
jejaknya tahun ini, bisa dibilang film-filmnya hit and miss. Hit dalam artian
mampu mengajak minat penonton khususnya remaja dalam film-filmnya. Miss, karena
dua karyanya tidak memiliki isi yang mumpuni. Cinta Brontosaurus dan Refrain
adalah dua film remaja yang masih kacau balau dalam penyampaiannya.
Lalu, apa yang saya harapkan
kepada Fajar Nugros dalam filmnya kali ini. Mengangkat sebuah film dari novel
yang dikarangnya sendiri adalah sesuatu yang ambisius menurut saya. Dengan
track recordnya tahun ini yang tidak seberapa bagus, maka, saya sangat sangsi
dengan hasil akhir film Adriana ini. Saya membaca novelnya, premis cerita cukup
menarik di film ini. Tetapi, kembali lagi, track recordnya itu yang membuat
saya masih kurang percaya dengan filmnya yang ketiga tahun ini.
Fajar Nugros pun terlihat sangat
yakin dengan Adriana. Berbagai promo yang dilakukannya juga cukup meyakinkan.
Meskipun, kita belum tahu hasil eksekusi dari filmnya. Tapi, Fajar Nugros
terlihat kembali menampilkan sesuatu yang cukup prima di dalam film roman
remajanya kali ini. Adriana bisa dibilang mampu menjadi sebuah drama kasual
cinta remaja dengan berbagai intrik menarik yang bisa dibilang berbeda dengan
drama remaja kebanyakan.
Apa yang di hadirkan oleh Adriana
adalah ketika film sebuah drama cinta remaja dibalut dengan perjalanannya yang
penuh teka-teki. Itulah poin plus pertama yang jarang diusung oleh sineas
Indonesia kala membuat sebuah film remaja. Dengan berbagai unsur sejarah yang
diselipkan di dalam sebuah film drama remaja cintanya. Unsur menarik yang ada
dalam sebuah film. Bukan hanya kita terhibur dengan filmnya tetapi juga masih
ada pelajaran sejarah yang akan menambah wawasan kita di dalamnya. Terutama
sejarah tentang kota Batavia atau Jakarta.
Bukan sebuah cerita sejarah yang
harus disampaikan dengan kaku. Menceritakan sejarah yang mungkin bisa jadi
membosankan itu dengan gaya yang casual, yang bisa dinikmati oleh banyak remaja
di film ini. Karena memang bidikan pasar film ini adalah untuk remaja. Unsur sejarah
itu di tambahkan oleh Fajar Nugros di dalam konflik percintaan mereka. Tak
hanya di tuturkan dengan kata demi kata atau kalimat demi kalimat, unsur
sejarah itu juga divisualisasikan dengan cukup menarik. Meskipun tak terlampau
detail, tapi setidaknya cukup memberitahukan sejarah yang ada.
Find the love with much Puzzle.
“Cinta itu petualangan” begitulah
kata karakter Mamen di dalam film ini. Memang benar, cerita cinta di film ini
penuh dengan petualangan. Petualangan menyusuri kota Jakarta yang luas. Kita akan
menikmati sebuah misi menemukan cinta dengan penuh teka-teki di dalamnya. Drama
cinta remaja yang cukup pintar yang akhirnya disajikan oleh sineas Indonesia. Karena
kebanyakan cerita cinta remaja Indonesia dipenuhi dengan cerita yang cheesy dan
adegan klise sebagai jualan. Tetapi, tak pernah cerita yang cheesy itu
diperlakukan baik setidaknya membuatnya jadi fresh.
Teka-teki yang diberikan di dalam
film ini berisikan banyak metafora sejarah yang mengajak penontonnya untuk ikut
dalam menyelesaikannya. Kata-kata seperti “Temui aku ketika karpet lift itu
berganti dua kali, aku akan menunggu di tempat dua ular saling berlilitan pada
tempatnya saat proklamasi dibacakan”. Bisa dibilang teka-teki pintar yang
membuat kita akan ingin tahu apa yang dimaksudkan di dalam teka-teki itu. Tak
hanya itu saja, banyak teka-teki yang berkelanjutan untuk mencari cinta dari
sosok Adriana yang misterius itu yang juga masih memiliki unsur sejarah yang
kental di dalamnya.
Dengan cerita tentang cinta yang
dibalut dengan penuh petualangan tak hanya berjalan straight forward. Penuh intrik
menarik, dengan plot twist yang cukup dikemas menarik. Tapi, masih banyak
ceritanya yang masih diolah setengah matang. Belum sepenuhnya matang, apalagi
masih banyak ceritanya yang terkesan jumping
sana kemari serta plot twist-nya yang juga masih ada yang terkesan
mentah meskipun intrik yang di berikan harusnya sudah cukup interesting.
Apalagi, plot cerita itu seketika
melempem ditengah-tengah filmnya. Ketika semua keasyikan film ini sudah diberikan
semua di awal film. Fajar Nugros seperti terlalu asyik dengan semua yang ada di
film ini dan dicurahkan semua di awal filmnya saja. Sehingga, kefokusannya
ketika ditengah film harus berubah. Karakter-karakter seperti Mamen, Sobar, dan
Adriana akhirnya seperti terbengkalai. Begitu pula dengan tensinya yang sudah
mulai kedodoran. Seperti melambat dan hilang keasyikannya.
Apa yang membuat terlihat mentah
di film ini salah satunya juga dari jajaran akting di film ini. Bukan, tak
semua memang. Kevin Julio sudah mengalami peningkatan setelah berhasil
menghancurkan buruknya film Bangun Lagi Dong, Lupus itu. Disini, dia masih bisa
memerankan karakter sobar yang nerd, masih bisa masuk kedalam film ini. Eva
Celia pun bisa berperan sebagai perempuan misterius yang meskipun masih minim
akting karena dia sebagai wanita yang sedang dikejar. Tapi, aura misterius
masih dimiliki oleh sosok Eva Celia.
Berbeda dengan Adipati Dolken
yang sama sekali tak memiliki perkembangan dalam kemampuannya berakting. Dia
masih meng-copy paste template aktingnya dari film-film terdahulunya. Dia seperti
malas untuk mengembangkan kemampuannya dalam berakting. Meskipun terlihat,
disini dia berjuang keras untuk menjadi karakter Mamen yang berbeda dari
karakter-karakter yang ada di filmnya terdahulu. Tapi tetap saja, Adipati Dolken
adalah seorang Adipati Dolken.
Indra Lesmana, sosok yang
berhasil membuat film ini menjadi lebih berkelas. Musik-musik yang dibuatnya
sangat berbeda. Tak perlu kesan menye-menye dalam mendukung suasana romantis di
dalam film ini. Musik yang berkelas itu mampu menambahkan suasana yang bagus di
filmnya. Iya, inilah kekuatan film Adriana. Meskipun tidak seluruhnya,
penyelamatan lain dari film Adriana.
Overall, Adriana adalah sebuah
film romansa remaja yang dibalut berbeda dengan film serupa kebanyakan. Unsur
sejarah dan banyaknya teka-teki yang ada di film ini, membuat film ini terlihat
pintar. Meskipun beberapa ceritanya kurang diolah dengan matang karena masih
banyak cerita yang mentah di film ini. Bukan yang terbaik, tapi setidaknya film
ini masih bisa dinikmati. Chase your Love!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar