Carrie White (Chloe Grace Moretz)
adalah seorang perempuan yang baru saja mengalami menstruasi. Seiring dengan
perubahannya menjadi wanita seutuhnya, dia memiliki sebuah kekuatan telekinetis
yang aneh. Sang ibu, Margaret White (Julianne Moore) adalah seorang yang sangat
ketakutan ketika mengetahui bahwa Carrie sudah beranjak dewasa karena dia
mengira sesosok roh jahat telah merasuki tubuh Carrie.
Carrie adalah orang yang sering
dikucilkan dalam pergaulannya. Sampai suatu ketika salah satu perempuan bernama
Sue Snell (Gabriella Wilde) merasa bersalah dan rela memberikan semua
kebahagiannya kepada Carrie. Bahkan sosok Tommy Ross (Ansel Elgort) yang sangat
Sue sayangi.
Isn't a bad remake but has a different focused.
Carrie tahun 1976 adalah sebuah
visualisasi yang begitu epic dengan arahan yang brilliant oleh Brian De Palma.
Banyak sekali adegan-adegan yang sangat menancap di otak. Banyak sekali sudut
pandang unik yang digunakan oleh Brian De Palma. Belum lagi performa dari Sissy
Spacek sebagai Carrie dengan tatapannya yang begitu mencekam. Maka, tak salah
jika Carrie versi Brian De Palma ini menjadi sebuah film horor yang melegenda
dan memiliki banyak penggemar.
Tak salah jika pesona Carrie
membuat sineas Hollywood berkeinginan untuk menghadirkan kembali sosok
legendaris dari film kepada penonton dengan vision yang lebih baru atau biasa
disebut Remake. Kimberly Peirce adalah sutradara yang di dapuk untuk me-reka
ulang setiap adegan film Carrie milik Brian De Palma atau me-reka ulang setiap
kata demi kata yang sudah ditulis oleh Stephen King di dalam novelnya tersebut.
Ini jelas sebuah remake yang
penuh resiko. Karena Brian De Palma’s
Carrie sudah menjadi film yang melegenda dan memiliki banyak
penggemarnya. Bisa saja, Carrie versi Kimberly Peirce ini akan selalu diikuti
bayang-bayang Brian De Palma’s Carrie. Tak bisa dielakkan juga, Film remake ini
akan selalu dibanding-bandingkan dengan versi originalnya. Atau bisa jadi
sebuah film Remake yang brilliant yang akan memuaskan penikmat film dan
penggemar Brian De Palma’s Carrie.
Carrie versi Kimberly Peirce
bukan dibilang sebuah remake yang berhasil. Beberapa hal dari filmnya bisa
dikatakan gagal dalam me-reka ulang betapa jeniusnya film Carrie versi De
Palma. Iya. Tidak ada yang bisa untuk tidak membanding-bandingkan versi terbaru
dari Carrie dengan versi lamanya. Karena bagaimana suasana disturbing dan gelap
begitu terjalin dengan baik di versi original dari Carrie. Tapi, tidak begitu
dengan Versi terbaru dari Carrie.
Banyak suasana gelap dan creepy
yang tidak terjalin baik di filmnya. Serta kefokusan yang berbeda antara De
Palma’s Carrie dengan milik Kimberly Peirce. Ketika milik Brian De Palma,
Carrie adalah sosok yang sangat di expose dengan detali, berbeda dengan versi
terbaru dari film ini. Di film terbarunya, bagaimana kekuatan telekinetik milik
Carrie begitu diekspos hingga akhirnya mengurangi suasana yang harusnya lebih
gelap. Banyak sekali adegan-adegan yang begitu mengekspos adegan Carrie
menggunakan kekuatan Telekinetiknya.
Entah, saya lebih seperti melihat
film superhero ketimbang menonton sebuah film horor. Ekspos yang ditujukan pada
kekuatan Telekinetik di film ini keterlaluan. Bagaimana adegan Carrie begitu
terlihat senang dengan kekuatan miliknya. Dia layaknya Peter Parker baru saja
digigit oleh sosok laba-laba dan bisa mengeluarkan jaring laba-laba dari
tangannya. Sungguh aneh, jika kita bandingkan dengan film Carrie versi
originalnya.
Sebenarnya, bukan remake yang
sangat buruk. Hanya saja, ya begitulah, ketika ada yang mencoba mengusik film
legendaris Hollywood. Bisa jadi akan menjadi sebuah remake yang groundbreaking
atau malah menjadi sebuah remake yang akan dibabat habis oleh para kritikus film
serta para penonton film. Kimberly Peirce’s Carrie sebenarnya masih berada di
tengah-tengah dalam kualitasnya. Tidak jatuh sejatuh-jatuhnya, karena masih ada
beberapa bagian yang masih bisa dinikmati.
Mungkin ketika first act hingga
second act dari film ini. Carrie layaknya sebuah film dengan teen-flick dengan
sedikit sentuhan sci-fi di dalamnya. Tak ada nuansa horor yang bisa ditampilkan
kuat di dalam film ini. Yah, mungkin beberapa adegan yang masih bisa membuat
kita setidaknya bergidik saat menonton film ini. Berbeda dengan versi Brian De
Palma yang memiliki banyak sentilan-sentilan horor dark yang kuat dengan adanya
metafora tentang seksualitas dan unsur biblical yang kental.
Salah satu hal yang membuat film
ini masih menjadi sebuah remake yang tak buruk adalah final act film ini yang
lebih panjang ketimbang versi originalnya. Visualisasi yang lebih baru dari
Carrie versi Kimberly Peirce membuat film ini setidaknya masih layak tonton.
Aksi balas dendam yang dilakukan Carrie di Prom itu benar-benar gila. Perasaan
seperti “rasakan tuh” kepada teman-teman Carrie terutama pada sosok Portia
Doubleday sebagai Chris Hargensen yang memiliki paras lebih sengak ketimbang
versi originalnya.
Chloe as Carrie just too pretty but she always well-acted
Sissy Spacek sudah menjadi sosok
yang ikonik dalam film Carrie versi De Palma. Dimana wajahnya yang sangat
dingin, creepy, dan dengan wajah yang kurang good looking hingga akhirnya dia
berubah menjadi wanita cantik sesuai dengan perubahannya menjadi wanita. Maka,
banyak kontroversi yang terjadi ketika tahu bahwa pemeran sosok Carrie milik
Kimberly Peirce adalah Chloe Grace Moretz. Dimana parasnya terlalu cantik untuk
memerankan sosok Carrie.
Carrie disini memang terlihat
begitu ayu. Sehingga masih kurang jika Carrie disini yang harusnya sering
dikucilkan dan menjadi korban bullying masih memiliki paras lebih cantik
ketimbang tampang teman-temannya yang biasa saja. Tetapi, Chloe masih saja memberikan
performa akting yang prima. Dia ingin membuktikan bahwa dengan akting yang
prima dia bisa membawakan sosok Carrie dengan bagus. Tak hanya menjual paras
ayunya saja.
Begitu pula chemistry-nya yang
bisa dibangun bagus kepada Julianne Moore. Relationship frienemy ibu dan anak
yang terjadi sangat terasa. Julianne Moore sebagai Margaret White atau sang ibu
juga berhasil diperankan dengan baik. Terasa sekali sosoknya yang psychic.
Terutama pada adegan dimana menonjolkan dirinya sangat takut terhadap perubahan
Carrie menjadi seorang wanita seutuhnya.
Filmnya sendiri terlihat masih
stick to the original one. Banyak sekali adegan-adegan yang berusaha
dimirip-miripkan dengan versi original. Karena di dalam filmnya yang baru ini,
penulis dari film originalnya masih ikut andil dalam memperhatikan proses
pengerjaan skenario di film Carrie 2013 ini. Banyak sekali adegan-adegan yang
mengingatkan kita kepada versi originalnya bahkan dari segi dialog. Chloe juga
masih terasa menggunakan aksen milik Sissy Spacek.
Overall, Kimberly Peirce’s Carrie
bukanlah sebuah remake yang buruk. Masih ada beberapa bagian dari film ini yang
bisa dinikmati terutama pada bagian final act filmnya. Kekuatan telekinetik
yang terlalu diekspos di film ini membuat suasana gelap yang terjadi di film
originalnya, tidak tampil maksimal di film terbarunya serta Chloe masih terlalu
cantik untuk menjadi sosok Carrie meskipun dia bermain dengan bagus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar