Marvel Cinematic Universe
sudah memasuki fase keduanya. Dimulai dari Iron
Man 3 yang sudah di rilis April lalu. Kali ini, giliran Avengers Assemble selanjutnya yaitu Thor
yang mendapatkan giliran untuk mendapatkan film spin-off menuju The Avengers 2 tahun 2015 nanti. Alan Taylor di tunjuk untuk menjadi
sutradara sekuel Thor kali ini.
Aether adalah sesuatu yang berbahaya yang di simpan di dunia gelap milik Malekith. Hingga suatu saat, Jane Foster (Natalie Portman) tidak sengaja masuk ke dalam dunia gelap tersebut karena terbawa oleh portal yang di bumi yang terhubung pada dunia itu. Jane pun tak bisa mengontrol Aether yang ada di dalam tubuhnya. Thor (Chris Hemsworth) pun membawanya ke Asgard.
Thor berusaha untuk menyembuhkan Jane. Hingga akhirnya, Asgard pun
harus di hancurkan oleh pasukan milik Malekith yang sedang memburu Aether yang
berada di dalam tubuh Jane. Karena Malekith mempunyai rencana jahat dengan
menggunakan Aether tersebut.
Much much better than it first series. Moving, superb, and super cool.
Marvel Cinematic Universe
adalah sebuah perjalanan yang seru untuk di ikuti. Phase 1 sudah di tutup dengan The
Avengers. Phase 2 pun di mulai
dari Iron Man 3 yang cukup menghibur
meskipun juga cukup mengecewakan saya. Thor,
di Phase 1 menurut saya film ini
adalah universe yang paling biasa dan
lemah ketimbang yang lain. Meskipun saya tetap suka dengan Thor seri pertama, tapi presentasinya yang terlalu biasa itulah
yang membuat saya tidak menaruh hype
apapun kepada seri kedua film ini.
Ketika trailer muncul, Thor sudah menampilkan banyak sekali hal-hal
yang menarik untuk di simak. Tapi, saya tidak mau akhirnya menelan pahitnya
kekecewaan karena presentasi Trailer
yang sangat bagus. Iron Man 3 dan Man of Steel contohnya. Yah, dua film
itu cukup mengecewakan saya. Maka, kali ini saya sangat berhati-hati dalam
menaruh ekspektasi dari sebuah trailer
film. Saya tidak mau jatuh ke dalam lubang yang sama.
Thor : The Dark World, judul
dari sekuel film Thor ini ditangani oleh sutradara film tv series yang terkenal
yaitu Game of Thrones. Maka, Thor : The
Dark World lebih terasa unsur kolosalnya. Mengingat Thor di ambil dari
mitos dewa. Alan Taylor mampu mengarahkan Thor tidak se-pop seri pertamanya. Unsur Asgard
Universe-nya begitu kental dengan gaya pembawaan dan tone cerita yang memang sangat terlihat begitu klasik dan pas
dengan mitos dewa milik Thor. Yap! Thor :
The Dark World ternyata berada di tangan yang tepat.
Jika di film Iron Man 3 kita
akan di bawa ke cerita Tony Stark without
power, lain hal dengan Thor : The Dark World. Sekuelnya tetap berada di
dalam pakem cerita yang tidak terlalu di rubah terlalu banyak. Ceritanya tetap
menyajikan unsur film yang begitu menyenangkan, membuat saya sering mengumpat
karena naluri fanboy superhero movie
yang keluar saat menyaksikan film ini. Mungkin jalan ceritanya yang tak selalu straight to the point. Beberapa pemanis
cerita di tuangkan di film ini dan tidak out
of control layaknya Iron Man 3 dalam
pemberian plot twistnya.
Plot Twist film ini semakin
menambah keasyikan konflik ceritanya. Berbeda dengan film Thor yang pertama
yang hanya memiliki satu konflik yang lurus-lurus saja. Banyak sekali
unsur-unsur yang tidak terduga di film Thor : The Dark World kali ini. Bukan
hanya dari segi cerita yang membuat saya mengumpat terus-terusan, tapi juga
cameo di film ini yang juga semakin membuat saya mengeluarkan naluri fanboy saya ketika menonton film Thor : The Dark World kali ini. Bukan
hanya Stan Lee yang selalu tampil
narsis di setiap film dari komiknya. Tapi ada cameo lain yang membuat saya
girang.
Alan Taylor memang bisa di bilang sangat berhasil mengarahkan film ini
menjadi sebuah film superhero yang akhirnya membuat semua orang termasuk saya
terhibur. Tidak malah seperti Iron Man 3 yang malah membuat saya kesal. Tapi, Kevin Feige as Producer still have a big
portion to control this movie. Dia masih berperan penting dalam
kelangsungan film Thor : The Dark World. Meskipun kita masih bisa merasakan style Alan Taylor dalam film ini. Tapi,
Kevin Feige masih menjaga style Marvel
di film Thor : The Dark World and its in
a good way.
Thor : The Dark World memiliki porsi yang pas antara joke, aksi, dan
drama di film ini. For Your Information,
Thor : The Dark World pun pernah sesekali di kontrol oleh Joss Whedon selaku sutradara The Avengers. Maka tak salah, jika
kita bisa menemukan jokes komikal ala
Whedon yang di selipkan di tengah-tengah konflik yang di bangun serius. Meski
begitu, jokes itu bisa jadi penawar
dan penambah keasyikan film Thor : The Dark World sendiri.
Bukan hanya menonjolkan joke
dan aksi saja. Ada unsur drama yang juga moving
di dalam film ini. Golden moment di
film ini pun juga banyak. Upacara funeral yang sangat dibawakan begitu dramatis
juga menjadi scene favorit di film Thor : The Dark World ini. Serta masih
banyak adegan-adegan lain yang juga moving yang tidak bisa saya ceritakan. Yes! Watch it by yourself and you’ll find
it and feel it. Because Thor : The Dark World is super cool, superb, and much good
words i give to it.
Finally, I found a superhero movie which not dissapoint me
Marvel Cinematic Universe Phase 2
sepertinya mencoba agar filmnya memiliki tone yang hampir sama. Jika kita di tilik lebih lanjut, sepertinya
Thor : The Dark World dan Iron Man 3 memiliki kesamaan konflik. The trouble comes to their girls. Yap, Pepper Potts dan Jane Foster benar-benar ikut terlibat dengan masalah milik
superhero pujaan mereka. Bila Extremis yang masuk ke tubuh Pepper Potts, maka
Aether lah yang masuk ke dalam tubuh Jane Foster. Konflik milik mereka bisa di
katakan lebih personal di Marvel
Cinematic Universe Phase 2.
Thor : The Dark World akhirnya mengembalikan kepercayaan saya kepada Marvel Cinematic Universe Phase 2.
Dimana opening dari universe phase 2
ini di kecewakan oleh Iron Man 3
dengan pembawaan ceritanya yang serba memanusiakan superhero dan lebih fokus ke
pesta armor-nya milik Tony Stark. Lain hal dengan Thor yang malah tidak saya
ekspektasikan apapun tapi hasilnya malah membuat saya sangat girang saat
menyaksikan film ini.
Banyak sekali kekecewaan yang terjadi di summer Movies terutama pada film superhero. Man of Steel yang sudah
membuat saya girang untuk ditunggu dan ternyata harus berakhir dengan
kekecewaan. Begitu pula dengan Iron Man 3. Semua film superhero yang di rilis
di Summer telah memberikan sajian film superhero yang kosong tanpa nyawa
menurut saya. But, thanks on this Winter
i found a superhero which is not dissapoint me. Jika bertanya mengenai CGI
atau Visual effect di film Thor ini, Marvel ataupun Hollywood tidak pernah
main-main bukan jika sudah di singgung soal hal satu itu.
Big Damage, Visual yang
hebat tentu menjadi jualan utama film superhero. Tapi, bold point di sini yang membuat film Thor : The Dark World berbeda
dengan seri yang pertama yaitu bagaimana tone
dan style dari Alan Taylor
benar-benar mempengaruhi visual film ini. Warna-warna yang digunakan juga
memilih yang terasa unsur Kingdom-nya sehingga sangat berpengaruh pada cerita
film ini. Yap, seperti yang sudah saya bilang di paragraf atas, unsur asgard
dan kemegahannya sangat terasa kental di banding film pertamanya.
Chris Hemsworth dan Natalie Portman masih di gunakan di film keduanya
kali ini. Mereka tetap bermain seperti biasanya. Tom Hiddleston as Loki. Bagaimana gaya santai miliknya seperti
mencuri semua spotlight di dalam film ini. Rene
Russo as Frigga atau Ratu Asgard yang memiliki wibawanya dan keanggunannya.
Begitu pula dengan Anthony Hopkins sebagai Raja Asgard atau Odin. Serta masih
banyak pemain pembantu lain yang setidaknya meramaikan film ini.
Overall, Thor : The Dark World adalah perjalanan Marvel Cinematic Universe Phase 2 yang sangat terhibur. Alan Taylor benar-benar tahu bagaimana mengarahkan film ini meskipun Kevin Feige masih mengontrol style milik Alan Taylor sehingga tetap memiliki style milik Marvel. Thor : The Dark World pun mengembalikan kepercayaan saya kepada MCU Phase 2 dan Film superhero yang sudah mengecewakan saya tahun ini. Well, Best superhero movie this year goes to it.
PS : jangan lewatkan dua credit title setelah mid-credit dan akhir credit title.
BRIGHTNESS
Kecerahan film ini sangat berpengaruh saat di saksikan dalam format
3D. Lebih gelap daripada biasanya apalagi pemilihan warna film ini yang juga
lebih gelap.
DEPTH
Kedalaman yang cukup bagus mengingat Thor : The Dark World adalah
hasil konversi 3D.
POP OUT
Tak terlalu banyak adegan pop out disini. Mungkin hanya beberapa kali
yang terasa. Tapi, setidaknya tidak sejelek pop out Iron Man 3 yang tidak bisa
memanfaatkan apapun di filmnya.
Mungkin tidak ada yang spesial jika kita menyaksikan film ini dalam
format 3D. Toh, tidak ada efek 3D yang begitu signifikan. Thor : The Dark World
mungkin memanfaatkan format 3D hanya untuk menarik perhatian penonton. Tapi
sayangnya, Format 3D tidak seberapa disukai oleh sebagian besar penonton karena
merasa pusing saat melihatnya. Tapi, mengingat harga tiket yang sudah sama
antara format 2D dan 3D apa salahnya di coba. Well, the choice is in yours.
siaap ndan
BalasHapus