Otak di balik Matrix Trilogy dan Cloud Atlas kembali menghadirkan film
bertema science fiction. Jupiter Ascending adalah proyek terbaru dari Wachowski
bersaudara dengan bintang-bintang ternama. Channing Tatum dan Mila Kunis
dipasangkan sebagai aktor dan aktris utama untuk menjalankan cerita Jupiter
Ascending. Sayangnya, proyek terbaru dari Wachowski bersaudara ini sempat
mengalami hambatan saat menentukan tanggal rilis.
Tak mau filmnya flop atau jatuh terlalu dalam, akhirnya Warner Bros
memutuskan untuk memundurkan jadwal rilis dari film ini. Awalnya, Jupiter
Ascending dijadwalkan rilis pada bulan September. Warner Bros seperti sudah tau
konten dan potensi dari Jupiter Ascending tidak kuat, maka keputusan yang tepat
untuk memundurkan tanggal rilis dari film milik The Wachowskis ini. Jupiter
Ascending tak memiliki sesuatu yang menarik untuk diceritakan dan dinikmati
oleh penontonnya. Jupiter Ascending tak lebih dari sebuah picisan dengan
setting luar angkasa.
Memiliki premis yang terlalu biasa, Jupiter Ascending tak lepas dari
sebuah cerita pengantar tidur versi luar angkasa. The Wachowskis seperti
memperbarui cerita dari negeri dongeng dan itu dimulai ketika Jupiter (Mila
Kunis) adalah seorang dari keluarga yang awalnya tak terlalu memiliki hidup
yang susah. Ketika ayahnya meninggal, Jupiter tinggal bersama saudaranya dengan
anggota keluarga yang banyak. Jupiter bekerja untuk pamannya hanya sebagai
asisten rumah tangga.
Ya, Jupiter mulai mengeluh kehidupannya yang mulai membosankan. Ketika
dia berharap hidupnya lebih berwarna, maka keinginannya terkabul. Jupiter
menyetujui permintaan saudaranya untuk menyumbangkan rahimnya ke seseorang. Tetapi,
dia diselamatkan oleh Caine (Channing Tatum), seorang Splice atau manusia
serigala karena hal tersebut hanyalah jebakan untuk membunuh Jupiter. Setelah
diketahui, ternyata Jupiter adalah seorang ratu luar angkasa yang hidup di
bumi.
Ya, Jupiter Ascending seperti hanya membangun ulang dongeng-dongeng
putri khayalan yang sudah ada dengan versi penuh visual effect. The Wachowskis
memang masih bermain di genre-nya tetapi kemagisan tangan mereka sudah semakin
pudar. Setelah Cloud Atlas yang filosofis dan ambisius, keputusannya untuk
menangani kembali film bertema Matrix mungkin tak terlalu susah. Jupiter
Ascending memang masih memiliki cita rasa ala The Wachowskis. Hanya saja ada
yang berbeda dan itu adalah sebuah kabar buruk.
Layaknya planet-planet, bongkahan asteroid, dan masih banyak benda
angkasa yang sedang mengapung di atmosfer, Jupiter Ascending pun benar-benar
mengapung tak tahu arah di dalam 120 menitnya. Premisnya yang sebenarnya
sederhana, setidaknya mampu menghibur penontonnya tanpa terlalu memasukkan
beberapa subplot ambisius yang malah membuatnya amburadul. Banyak sekali
subplot yang dimasukkan oleh The Wachowskis yang dimasukkan oleh mereka ke
dalam naskah yang juga mereka tulis sendiri.
Jadinya, Jupiter Ascending memiliki tugas yang begitu banyak untuk
mengantarkan cerita mereka yang malah jatuh setengah-setengah. Banyak sekali
cerita-cerita yang belum tuntas dicerna oleh penontonnya, The Wachowskis malah
memasukkan cerita lain yang juga harus dicerna. Perjalanannya dalam menuturkan
cerita di dalam film ini sangat tertatih. Jupiter Ascending pun bukan
perjalanan luar angkasa yang ringan dan menyenangkan.
Alih-alih ingin menjadi tontonan ringan, 120 menit milik Jupiter
Ascending ini memiliki pace yang lamban dan terasa dipanjang-panjangkan. Diperburuk
dengan presentasi editing yang malah membuat film ini terasa loncat sana-sini.
Jelas, hal ini malah membingungkan penontonnya karena mereka masih belum secara
tuntas mendapatkan informasi yang lengkap dari The Wachowskis. Segala subplot
di dalam film ini pun terasa episodik dan bukan hal yang bagus karena The
Wachowskis masih belum benar dalam menuturkan setiap ceritanya di setiap
subplot-nya.
Dengan durasi 120 menit itu, seharusnya mendapatkan ruang yang cukup
luas untuk mengolah cerita dan subplot-nya. Sayang, durasi itu tak dimanfaat
dengan baik oleh The Wachowskis. Mereka pun lebih memikirkan menyelipkan action
sequence dengan visual yang grande. Sayang, visual efek yang begitu besar dan
sebenarnya memanjakan mata itu tak dapat menyelamatkan keseluruhan presentasi
dari Jupiter Ascending yang monoton itu. Bahkan, adegan penuh visual efek itu
pun kosong dan tak memiliki tensi yang menyenangkan.
Jupiter Ascending tak hanya mengapungkan cerita, efek, tetapi juga
chemistry antara pemainnya. Oh ya, Mila Kunis dan Channing Tatum memang
memiliki nama yang besar untuk menarik minat penontonnya dengan paras tampan
dan cantik mereka. Sayang, tak ada ikatan yang kuat antara mereka. Semua terasa
kosong bahkan kisah cinta mereka yang menjadi subplot lain dan cukup
mendominasi cerita di film ini. Tak ada yang menggugah penontonnya untuk sekali
pun memiliki simpati dengan karakter ini.
Sehingga, nama-nama seperti Channing Tatum, Mila Kunis, dan seorang
aktor pendatang baru, Eddie Redmayne hanya digunakan sebagai trik marketing
atas lemahnya konten dari Jupiter Ascending. Tak ada yang bisa dijual selain
visual efek yang mewah dan nama-nama besar yang memerankan seorang karakter di
dalam filmnya. Semua potensi besar yang besar itu terasa transparan di mata The
Wachowskis dan mereka tak bisa benar-benar memanfaatkannya.
Maka, Jupiter Ascending memang tak jauh menjadi sebuah tontonan
picisan dengan visual efek yang megah. Sayangnya, visual efek megah dan
nama-nama besar di dalamnya tak mampu menyelamatkan bagaimana The Wachowskis
masih kurang memiliki kemampuan untuk bercerita. Jelas, Jupiter Ascending akan
sangat mudah dilupakan setelah keluar dari studio. Karena presentasinya yang
hanya bagaikan bongkahan besar planet Jupiter yang sedang mengapung di atmosfer
yang masih kosong, belum berpenghuni.
Dengan efek visual yang megah, tentu Jupiter Ascending dirilis dalam
format tiga dimensi. Maka berikut adalah review format tiga dimensi film
Jupiter Ascending.
Efek kedalaman luar biasa serasa penonton akan masuk ke dalam alam
semesta milik Jupiter Ascending.
POP OUT
Mungkin hanya segelintir debris dan debu berhasil menyapa penontonnya
lewat efek pop out di dalam format tiga dimensinya.
Melewatkan Jupiter Ascending dalam format tiga dimensi mungkin taka
kan kehilangan momennya. Tetapi, kedalaman yang menarik itu setidaknya membuat
Jupiter Ascending yang membosankan ini menjadi sedikit menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar