Selasa, 19 April 2016

THE DIVERGENT SERIES : ALLEGIANT (2016) REVIEW : The Lowest Point of This Franchise


Dan sekali lagi, buku-buku kategori young-adult menjadi sebuah tren yang cukup gemilang di tangga box office. Tetapi, lambat laun hype film adaptasi dari buku-buku young-adult semakin menurun. Hal itu terlihat ketika bagian final dari Mockingjay tak memiliki hasil opening yang memuaskan, meskipun masih berada di atas rata-rata. Menjadikan seri terakhir di adaptasi buku kategori young-adult adalah sebuah tren baru untuk meningkatkan keuntungan. Dan buku dari Veronica Roth juga mendapatkan perlakuan yang sama untuk adaptasi buku terakhir dari seri Divergent.

Pintarnya, film dari adaptasi buku terakhir milik Divergent ini tak serta merta menggunakan embel-embel ‘Part 1’ atau ‘Part 2’ di akhir judul filmnya. Allegiant, buku terakhir dari seri Divergent ini membagi dua filmnya dengan dua judul yang berbeda. Allegiant, untuk seri pertama dan Ascendant, untuk film penutup dari seri Divergent. Dan di  tahun ini, Allegiant rilis untuk menjembatani penutup dari buku Divergent yang tetap ditangani oleh Robert Schwentke sebagai sutradara.

The Divergent Series : Allegiant tampil tak cukup memuaskan di tangga box office. Ini jelas bukan pertanda baik bagi film-film adaptasi buku dengan kategori young-adult yang akan mulai dibuat dan dirilis oleh setiap rumah produksi. Performa yang tak meyakinkan di tangga box office ternyata berbanding lurus dengan performa keseluruhan dari film yang berdurasi hingga 120 menit ini. The Divergent Series : Allegiant memiliki performa yang mulai menurun dan tak memiliki satu poin yang jelas untuk dicari dan diselesaikan di film ini. 


Tris (Shailene Woodley) dan kawan-kawannya sudah berhasil mengalahkan Jeanine (Kate Winslet). Tris hidup bersama dengan para non-faksi yang sekarang menjadi kawanan yang kuat dengan Evelyn (Naomi Watts) sebagai pemimpin mereka. Tetapi, apa yang dilakukan oleh Evelyn ternyata semakin mencurigakan. Hal tersebut membuat Tris dan kawan-kawannya ingin pergi dari tempat tinggal barunya dan ingin mengetahui apa yang ada di balik tembok kota Chicago paska kehancuran.

Tris dan kawanannya lari dari golongan non-faksi untuk menemukan kejelasan apa yang terjadi di balik dinding Chicago. Dan pada akhirnya, mereka bertemu dengan petinggi dari sebuah organisasi yang sedang mengawasi mereka di balik tembok Chicago bernama David (Jeff Daniels). Di sana, Tris dikenalkan dengan orang-orang baru yang sedang berusaha untuk mencari kebenaran tentang para penghuni faksi dan Divergent. Tetapi, organisasi tersebut juga ingin menguasai Tris sebagai alat pemberontakan. 


Film-film yang diadaptasi dari buku-buku kategori young-adult memang memiliki formula yang sama. Seri The Hunger Games bisa jadi menjadi pionir dari adaptasi film buku young-adult. Maka, satu persatu rumah produksi mengklaim buku-buku laris kategori young-adult untuk dijadikan setup baru untuk menghasilkan uang. Summit Entertainment setelah kehilangan The Twilight Saga, The Divergent Series adalah franchise baru yang mendatangkan uang bagi Summit Entertainment.

Bagaikan sebuah sleeper hit, The Divergent Series berubah menjadi sebuah franchise besar yang mendatangkan uang. Tetapi, di setiap serinya tak dapat menghantarkan presentasi film yang benar-benar cemerlang. Penurunan kualitas terjadi di Insurgent, tetapi poin terendah dalam seri ini terdapat di film paling barunya yang sedang rilis tahun ini. Tak disangka, dengan visual efek yang megah dan terlihat elegan, The Divergent Series : Allegiant malah jatuh menjadi sajian yang sangat-sangat membosankan dan kebingungan.

Plot cerita di dalam film The Divergent Series : Allegiant ini hanya memiliki poin utama yang sangat kecil yang berusaha diraih. Tetapi, Robert Schwentke terlihat sangat malas untuk menjelaskan dunia milik The Divergent Series : Allegiant yang semakin memiliki komplikasi dalam masalahnya. Banyaknya cabang cerita dan karakter-karakter yang tak terurus membuat The Divergent Series : Allegiant bukanlah sesuatu yang menyenangkan untuk diikuti di 120 menit miliknya.


Banyak sekali karakter yang bermunculan sebagai formalitas adaptasi dari buku milik Veronica Roth. Penonton sama sekali tak diajak untuk bersimpati atas karakter-karakter yang ada di dalam film ini. Kerumitan plot cerita dengan cabang-cabang pertanyaan di dalam film ini akan semakin bertambah. Tetapi, Robert Schwentke terlihat amat malas untuk menerjemahkan naskah yang ditulis ramai-ramai oleh Noah Oppenheim, Adam Cooper, dan Bill Colage.

Dari 120 menit yang ada, alih-alih berusaha menjelaskan dunia milik The Divergent Series : Allegiant yang ada, Robert Schewentke malah terlalu asyik menggambarkan visualnya yang tak terlalu memiliki signifikansi dari sebelumnya. Lubang-lubang cerita milik The Divergent Series : Allegiant benar-benar besar dan tak berusaha dijawab satu pun oleh sang sutradara. Dengan durasi 120 menit, jelas itu membuat penontonnya sia-sia duduk lama hanya menantikan kredit bergulir.

Belum lagi bangunan karakter yang semakin lama semakin tak karuan. Tak ada sama sekali dorongan kuat yang memberikan mereka alasan kenapa mereka ada di dalam film The Divergent Series : Allegiant. Pun, penonton akan dengan mudah lupa bahkan kebingungan untuk memahami setiap detil cerita dan karakter-karakter film yang  berusaha disampaikan oleh Robert Schwentke. Semua elemen dalam aspek pembangunan cerita terasa gagal memberikan relevansi kepada penontonnya. 


Robert Schwentke sudah seperti membiarkan cerita di dalam film ini memiliki lubang besar. Schwentke seperti tak ada semangat dan menyuruh penontonnya untuk mencari sendiri jawaban atas lubang-lubang cerita dalam filmnya. Pun terlihat bagaimana para aktor dan aktris terkesan semakin malas untuk memberikan performa terbaiknya. Tetapi, Shailene Woodley adalah penyelamat meskipun screening time miliknya semakin menipis dan Theo James semakin memperburuk 120 menit milik The Divergent Series : Allegiant.

The Divergent Series : Allegiant seperti hilang harap untuk menjembatani seri terakhir dari seri Divergent ini. Pengisahannya yang semakin malas dan pembangunan karakter yang semakin seadanya membuat penonton tak memiliki relevansi dengan dunia milik Tris dan kawan-kawannya. Aspek yang membantu The Divergent Series : Allegiant dalam bertutur hanyalah efek visual yang juga hadir tak semegah seri kedua. The Divergent Series : Allegiant adalah poin terendah yang pernah dihadirkan oleh seri Divergent yang tak memiliki setup terlalu kuat. Dan nasib The Divergent Series : Ascendant hanyalah sebagai formalitas untuk penutup kisah.   

1 komentar: