Minggu, 22 November 2020

STORY OF KALE: WHEN SOMEONE’S IN LOVE (2020) REVIEW: Skalanya Kecil, Tapi Takarannya Pas

Siapa yang lupa sama si Kale-Kale itu?

Buat yang udah nonton film adaptasi buku Marchella FP yang digarap oleh Angga Dwimas Sasongko, pasti udah kenal sama karakter Kale. Sosok fakboi katanya, karena telah menghancurkan hati Awan yang minta lebih dari sekedar temen. Tak disangka, karakter ini ternyata mencuri banyak perhatian orang. Perilakunya kepada Awan menarik perhatian karena sosok seperti ini dianggap dekat dengan kisah-kisah cinta para penontonnya di dunia nyata.

Keputusan sikap Kale ke Awan inilah yang membuat orang penasaran dan bertanya-tanya. Apa sih yang terjadi sama Kale sebelum ketemu sama Awan? Siapa sih yang udah nyakitin hati Kale sampe berani seperti sama Awan?

“Bahagia itu milik sendiri, bukan tanggung jawab orang lain.”

Kira-kira begitulah yang dikatakan Kale kepada Awan. Sekaligus membuat penontonnya sering mengutip perkataan Kale satu ini. Banyak orang-orang yang penasaran dengan kisah Kale hasilnya menarik minat Angga Dwimas Sasongko membuat spin-off nya. Di tengah pandemi, Angga Dwimas Sasongko berusaha untuk produktif. Dengan segala keterbatasan, spin-off Kale pun dibuat. Bukan dirilis secara teatrikal, tapi dirilis untuk streaming platform miliknya sendiri yaitu Bioskop Online.

Story of Kale: When Someone’s In Love, judul yang dipakai untuk menceritakan kisah Kale. Ardhito Pramono tentu kembali didapuk menjadi Kale. Dibantu oleh Aurelie Moeremans, yang menjadi karakter love interest masa lalu Kale. Film ini ditulis oleh Irfan Ramli dan langsung ditangani oleh Angga Dwimas Sasongko. Karakter kecil dari adaptasi Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini mendapatkan kesempatan untuk bersinar. Meski skalanya juga kecil, tapi sepanjang kisahnya bisa tersampaikan dengan baik.


Tak perlu banyak menceritakan tentang kisah yang lebih dalam, Story of Kale: When Someone’s In Love langsung menghadirkan konflik antara Kale dengan Dinda. Dibuka dengan menyoroti kehidupan Dinda (Aurelie Moeremans) dengan pasangannya, Argo (Aryo Saloka). Dinda terjebak dengan hubungan yang manipulatif dengan Argo. Hingga akhirnya, Kale datang di tengah pertikaian mereka. Berusaha melerai, tetapi Kale juga kena getahnya.

Tetapi, Kale tak berhenti sampai sana. Usahanya meyakinkan Dinda untuk meninggalkan Argo dan menjalin hubungan dengannya juga berbuah manis. Kale dan Dinda menjadi satu. Hingga suatu ketika, Dinda juga berusaha untuk menghentikan hubungannya dengan Kale. Tentu, Kale yang sudah berusaha menyerahkan segalanya merasa tidak adil dengan keputusan Dinda.  Di sinilah, penonton diajak untuk menyelami apa yang terjadi antara Dinda dan Kale.


Selamat datang di kehidupan kisah asmara Dinda dan Kale.

Iya, penonton akan diajak menyelami kehidupan asmara mereka yang manis awalnya tapi pahit setelah terlalu lama. Seperti Kale dan Dinda yang sedang berusaha untuk meyakinkan satu sama lain sebelum akhirnya berpisah, Angga Dwimas Sasongko juga melakukan hal yang sama dalam menuturkan kisahnya ini. Maka dari itu, menggunakan alur maju mundur di dalam film ini terasa tepat dan tak hanya menjadi signature saja karena Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini juga melakukan yang sama.

Di tengah konflik antara keduanya yang berusaha meyakinkan agar tetap tinggal di ‘rumah’ mereka, ada selipan sedikit memori tentang hubungan mereka. Sehingga, tak hanya Dinda dan Kale saja yang berusaha untuk napak tilas dengan segala hal yang terjadi di dalam hubungan mereka dan berkontemplasi. Tetapi, penonton juga disuguhkan dengan realita tersebut. Penonton pun bisa menilai sendiri seperti apa hubungan mereka selama ini. 

Apa iya yang dilakukan oleh Kale benar? Atau ternyata Kale sendiri juga melakukan hal yang sama yang dilakukan oleh Argo kepada Dinda? Hanya saja yang dilakukan Kale mungkin sedikit berbeda? Pertanyaan-pertanyaan ini yang akan terjawab sendiri dengan kisah yang dituturkan di dalam film Story of Kale: When Someone’s In Love. Film ini juga ingin mendefinisikan tentang abusive atau toxic relationship yang bisa dateng dalam berbagai bentuk dan cara.


Menarik juga, ketika melihat hasil akhir film ini. Bahwa jika disadari, ada keterbatasan dalam setting cerita-nya. Mungkin memang berputar di tempat yang sama sepanjang durasinya yang hanya mencapi 78 menit, tetapi Angga Dwimas Sasongko bisa berhasil menjaga emosinya hingga akhir. Hingga pada satu adegan penting di menuju akhir film ini. Sederhana, tapi penting dan kuat. Sekaligus mengetahui segala perasaan yang dirasakan oleh kedua karakternya.

Lalu, barulah penonton bisa memahami apa yang dilakukan oleh keduanya. Mencintai dengan risiko dapat ditinggalkan itu tidak dapat terelakkan. Hal itu adalah sebab akibat dari apa yang terjadi jika kamu sudah memilih untuk mencintai seseorang. Yang perlu kamu lakukan tentu hanya berusaha mempertahankan. Tapi, apakah yang kamu lakukan sudah benar? Bersama dengan Kale dan Dinda, penonton bisa bersama-sama berkontemplasi atas yang sudah dilakukan.

Ya, Story of Kale: When Someone’s In Love ini adalah sebuah spin-off dengan skala kecil. Tapi, emotional impact yang dihadirkan di film ini juga tak kalah besarnya. Meskipun, konfliknya lebih juga lebih personal tapi cukup menarik untuk ditonton. Angga Dwimas Sasongko berhasil menjadikannya spin-off hasil on demand ini dengan sangat baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar