Sabtu, 16 Januari 2021

THE SECRET GARDEN (2020) REVIEW: Adaptasi Terbaru tentang Kisah Masa Lalu


Mengunjungi kebun rahasia yang ada di The Secret Garden ini layaknya sedang menyelusuri tempat terpencil dalam hati manusia. Ketika sudah mulai mengetahui mana tempat paling personal di dalam dirinya untuk dibuka, barulah mereka mau untuk membuka hatinya, melepaskan segala keresahan di dalam dirinya. Begitu pula yang terjadi ketika menonton The Secret Garden ini. Menyusuri segala petualangan dari sang karakter utamanya untuk bisa menyembuhkan luka di masa lalu dan memahami segala hal yang tak pernah mereka rasakan sebelumnya.


Sebuah perjalanan menarik yang ditawarkan oleh The Secret Garden terbaru sebagai sebuah adaptasi dari karya klasik yang ditulis oleh Frances Hodgson Burnett. Ini bukan kali pertama, buku beliau diadaptasi menjadi sebuah gambar bergerak dan (harusnya) ditonton di layar besar. Di tahun 1993, Agnieszka Holland telah mengadaptasinya. Tapi, tak ada salahnya untuk kembali mengenalkan kisah dari buku legendaris ini di tahun yang baru oleh sutradara yang baru.


Maka dari itu, hadirlah lagi The Secret Garden yang dirilis di tahun 2020. Di bawah naungan, Heyday Films, Marc Munden bertugas untuk menjadi sang sutradara bagi film ini. Film yang produksi Inggris ini dibintangi oleh beberapa nama besar di dalamnya. Mulai Colin Firth dan Julie Walters sebagai jajaran pemain pendukung karena sorotan utama dari film ini adalah sang karakter anak kecil bernama Mary yang diperankan oleh Dixie Egerickx. Didukung lagi dengan cast anak kecil lain yaitu Amir Wilson dan Edan Hayhurst yang juga memiliki peran penting untuk mengantarkan kisah Mary menyusuri taman rahasia.



Ya, kisah ini terpusat pada karakter Mary (Dixie Egerickx), yang baru saja ditinggal kedua orang tuanya.  Mary menjadi anak yatim piatu dan harus meninggalkan India, tempat dia tinggal sekarang. Dia pun harus  pindah untuk tinggal bersama pamannya, Archibald Craven (Colin Firth) yang ada di London. Saat tinggal bersama pamannya, Mary harus beradaptasi dengan beberapa peraturan di sana.


Salah satunya adalah Mary tidak boleh memasuki beberapa ruangan yang ada di dalam rumah milik pamannya. Tetapi, dia mendengar sebuah suara asing dari kamarnya yang ternyata bermuara dari kamar yang tak boleh dia masuki. Di dalam sana, Mary bertemu dengan Colin (Edan Hayhurst), anak dari pamannya yang sedang sakit. Mary pun berusaha untuk akrab dengan Colin sambil dirinya juga menyusuri segala penjuru rumah dan sekitarnya. Mary juga menemukan sebuah kebun rahasia yang dianggapnya ajaib.



Menelusuri kehidupan Mary, kebun rahasia, tentang Colin, hingga menyembuhkan masa lalu adalah masalah-masalah yang berusaha disampaikan di dalam film ini. Merangkumnya ke dalam satu cerita dengan durasi 97 menit memang sedikit kewalahan. Itulah yang terasa ketika menonton film ini dari awal hingga akhir. Akan sedikit kesusahan untuk menemukan benang merah yang bisa mengkompilasikan segala masalahnya ke dalam satu cerita yang utuh.


Hingga akhirnya, beberapa kali film ini terasa terpisah untuk menyampaikan ceritanya. Naskah milik Jack Thorne ini seakan tak mau kehilangan hal-hal penting di dalam novelnya sekaligus ingin membuat The Secret Garden terbaru ini memiliki cita rasa yang berbeda. Misi inilah yang mungkin akan menjadi bumerang bagi The Secret Garden menuturkan ceritanya secara utuh.


Beruntung, Marc Munden tak ingin terlalu fokus ke dalam cerita-ceritanya yang gelap dan metaforik ini ke dalam filmnya. Dia berusaha untuk tetap menjadikannya sebagai sebuah film keluarga dengan balutan fantasi yang bisa menghibur penontonnya. Alhasil, The Secret Garden memang menyajikan petualangan Mary dengan ringan. Petualangan ini adalah cara Mary untuk bisa mengenal dirinya, mengenal masa lalunya, sekaligus menerima kehidupannya yang mungkin tak sesuai dengan apa yang dia mau.



Inilah celah bagi Marc Munden untuk tetap memberikan sensitivitas dalam pengarahannya. Di tengah menumpuknya segala konflik yang terjadi di dalam filmnya, The Secret Garden masih bisa menyelipkan hati untuk bisa dirasakan oleh penontonnya. Perasaan menyentuh dan emosional di 30 menit terakhirnya cukup menjadi amunisi untuk menikmati The Secret Garden. Nilai-nilai keluarga di dalam The Secret Garden menjadi keunggulannya. Sehingga, The Secret Garden bisa jadi pilihan tepat untuk bisa dinikmati bersama.



Sekaligus, The Secret Garden menyajikan petualangan imajinatif yang penuh warna. Sehingga, Marc Munden berusaha untuk bisa menyampaikan hal itu ke dalam filmnya. Maka dari itu, visual dari The Secret Garden pun indah untuk disaksikan. Dengan tata sinematografi yang menarik, menonton The Secret Garden di tiap adegannya bakal menyejukkan mata. 


Menontonnya lewat layar kecil karena bisa rental lewat iTunes region US saja suka dengan warna-warnanya. Sehingga, kalau bisa, menonton The Secret Garden ini harusnya di layar besar. Filmnya akan tayang di tanggal 20 Januari nanti karena dibawa oleh CBI Pictures dari tahun lalu.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar