Jumat, 05 November 2021

STORY OF DINDA: SECOND CHANCE OF HAPPINESS (2021) REVIEW: Menilik Lagi Arti Sejati tentang Kebahagiaan

Mengembangkan satu cerita dengan karakter-karakternya menjadi sebuah universe yang lebih luas, terjadi di dalam dunia adaptasi buku dari Marcella FP ini. Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, memiliki banyak pion karakter yang bisa diolah menjadi cerita yang lebih dalam. Salah satunya, karakter Kale, yang menarik banyak perhatian penonton.

Memutuskan untuk mengembangkan karakter Kale di Story of Kale: When Someone In Love ini menjadi studi kasus untuk mempelajari bagaimana cerita tentang Toxic Relationship dikembangkan. Apa yang menjadi trauma dari karakter Kale yang akhirnya memutuskan untuk melakukan sikap-sikap yang dia lakukan di film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Sehingga, muncul karakter lain dalam hidup Kale yaitu Dinda, sang mantan kekasih yang ternyata membuatnya mendapatkan trauma dalam menjalin hubungan itu.


Tetapi, setiap manusia pasti punya alasan untuk melakukan sesuatu, begitu pula Sebuah karakter di dalam film. Dinda pun mendapatkan kesempatan untuk dikembangkan ceritanya menjadi sebuah Visinema Content dalam Bioskop Online yang disutradarai oleh Ginanti Rona dengan naskah yang ditulis oleh M. Irfan Ramli. Story of Dinda: Second Chance of Happiness, menceritakan sudut Pandang lain dari karakter Dinda yang tega melakukan alasan memutuskan Kale di Story of Kale: When Someone in Love agar ceritanya bisa saling melengkapi satu sama lain.



Yang dihadirkan di Story of Dinda: Second Chance of Happiness ini adalah bagaimana seseorang bisa mendefinisikan lagi segala kebahagiaan di dalam dirinya. Begitu pula yang terjadi di dalam karakter Dinda yang tengah menjalani hubungan yang menurutnya sudah tidak sehat lagi. Iya, kembali berhubungan dengan Kale (Ardhito Pramono) ternyata tak membuat Dinda (Aurelie Moeremans) merasa bahagia. Hanya kembali merasakan lagi segala kejadian yang membuatnya trauma dengan mantannya.


Tetapi, Pram (Abimana Aryasatya) datang dalam hidup Dinda. Sosok Pram yang lebih dewasa membuat Dinda merasa punya sosok yang bisa mendampingi dia. Pram yang menjadi sosok baru dalam hidup Dinda ini ternyata lebih berani untuk mengajak Dinda pergi bersamanya. Memulai hidup baru di negara baru meskipun Dinda juga harus memikirkan keadaan hubungannya bersama Kale.



Yang bisa mengambil keputusan adalah diri sendiri, begitu pula memilih untuk bahagia.


Mungkin ini yang menjadi highlight utama dari Story of Dinda: Second Chance of Happiness. Bagaimana kebahagiaan itu tanggung jawab masing-masing. Bagaimana setiap orang juga punya kesempatan untuk menentukan ke mana arah hidupnya nanti, bukan lagi tergantung pada orang lain. Kedewasaan cerita itulah yang berusaha ingin disampaikan di dalam cerita dari Story of Dinda: Second Chance of Happiness. Kesempatan bahagia bukan datang dari orang lain, tapi diri sendiri lah yang menciptakan itu semua.


Abimana Aryasatya, ketenangannya sebagai sosok Pram adalah kunci utama dari Story of Dinda: Second Chance of Happiness. Kehadirannya mengembangkan karakter Dinda secara perlahan, Tanpa perlu usaha banyak, Abimana Aryasatya bisa menyampaikan segala kegelisahaan, rasa bijaksana, dan tanggung jawab karakter Pram sebagai sebuah karakter.


Kisahnya yang seharusnya lebih kompleks tentang kehidupan ini akan dengan mudah memiliki Koneksi dengan penontonnya. Tak melulu tentang hubungan romansa antara dua insan, tapi melangkah jauh dari itu. Naskah dari M. Irfan Ramli cukup bisa diterjemahkan baik ke dalam 59 menit filmnya oleh Ginanti Rona. Ceritanya yang menggali tentang kehidupan ini didukung dengan bagaimana pengadeganan, warna film yang juga mendukung segala ambience-nya.



Seakan penonton akan diajak larut ke dalam konfliknya yang lebih dewasa dibanding Story of Kale: When Someone In Love. Pergulatan batin Dinda sebagai karakter juga berusaha ditampilkan secara subtle di dalam filmnya, Tak melulu emosi yang meledak, tetapi muncul dengan berbagai adegan sendu, palet warna yang lebih kalem tetapi sebenarnya banyak sekali emosi di dalamnya. Sama persis dengan karakter Dinda yang sedang berdebat dengan batinnya. Berdebat akan kesempatan untuk bahagia mana yang akan dia ambil dan siapa yang bertanggung jawab atas kebahagiannya.


Maka dari itu, Story of Dinda: Second Chance of Happiness seakan menjadi sebuah film companion dari Story of Kale: When Someone In Love untuk melihat sudut pandang Dinda dalam mengartikan kebahagiaan dalam hidupnya. Memberikan ruang untuk karakter Dinda berkembang, tak lagi menyalahkan satu pihak. Tapi, juga ada pihak lain yang terluka. Seperti kehidupan ini yang terkadang beberapa orang suka mengambil kesimpulan dari apa yang dia lihat saja tapi tak lagi mendengarkan pihak lain untuk bercerita tentang kegundahannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar