Machete (Danny Trejo) kembali
lagi dalam sebuah misi. Dia di utus oleh sang Presiden (Charlie Sheen) untuk
menangkap seorang gembong narkoba. Awalnya dia tidak mau, tapi karena sang
kekasih, Sartana (Jessica Alba) juga di bunuh oleh kelompok tersebut, dia pun
menangkap dan mengejar gembong narkoba tersebut yang ternyata membawanya ke seorang
pengusaha kaya bernama Voz (Mel Gibson)
Machete pun dibantu oleh banyak
rekannya untuk menangkap gembong narkoba dan Voz yang sedang merencanakan
sesuatu jahat ke luar angkasa.
A Trashy and disturbing style by Rodriguez
Robert Rodriguez memang memiliki gaya film yang nyentrik. Banyak
sekali film-filmnya yang mempunyai visualisasi gila-gilaan. Mungkin salah satu
contoh karyanya yang pernah saya tonton adalah Sin City. Visualisasi aneh yang
di balut dengan banyak gore scene di
filmnya. Hitam Putih dan hanya menunjukkan satu warna merah yang mencolok. Tapi
bisa di bilang, gaya nyentrik-nya yang cenderung norak itu pun menjadi kekuatan
tersendiri dari Robert Rodriguez.
Machete karya milik Robert Rodriguez ini pun menambah daftar
panjang miliknya dimana film miliknya yang tetap memiliki visual sinting. Saya
belum pernah menonton film pertama dari seri Machete. Tapi, banyak sekali orang
menantikan sekuel dari film ini karena katanya filmnya yang seri pertama menampilkan
banyak hal gila-gilaan dengan gaya yang unik seperti film-film milik Robert
Rodriguez seperti biasanya.
Machete Kills, sebenarnya saya tidak tertarik dengan film itu.
Tapi, mengingat hype dari film
pertamanya yang begitu besar jadi saya pun memutuskan untuk setidaknya mencoba
film keduanya. Mengingat gaya-gaya Robert Rodriguez yang unik layaknya Sin City dan saya cukup menyukainya.
Machete Kills pun tetap mengusung gaya-gaya trashy milik Rodriguez dan
melakukan banyak tribute-tribute di
filmnya. Apalagi, fake trailer di opening film ini yang membuat saya
tertawa dan disturbing secara
bersamaan.
Machete Kills memang jauh dari
kata bagus. Tapi banyak hal yang membuat saya setidaknya menikmati apa yang
disajikan oleh Robert Rodriguez di film keduanya ini. Pace cerita ini memang
sangat berantakan. Ceritanya yang sangat cepat di awal. Ceritanya cukup simple dengan banyaknya visualisasi yang
trashy sering di tampilkan demi
menutupi banyak plot-plot bolong yang
tersebar di film ini. Ini bukan tipe film popcorn yang akan disukai oleh banyak
orang. Film ini akan menjadi sebuah film personal bagi yang menyukai genre-genre seperti ini.
Jokes yang ditampilkan mungkin lebih ke arah black comedy. Tidak semua orang akan tertawa dengan guyonannya.
Adegan-adegan berdarah yang menjijikkan itu akan menjadi sebuah orgasm bagi penikmat hal-hal itu. Tapi,
sayangnya LSF memotong banyaknya unsur ‘kesenangan’
di film ini. Adegan-adegan gore itu
di potong. Mengurangi kesenangan-kesenangan yang ada di film ini. Karena
kekuatan utama film Machete Kills adalah adegan-adegan tersebut. Bukan berada
di dalam ceritanya yang memberikan sesuatu yang lain.
Plot milik Machete Kills memang
terlihat kemana-mana. Terlebih, ketika banyaknya karakter-karakter yang satu
persatu memenuhi layar film ini. Berusaha semua mendapatkan screening time yang
sama terkecuali Machete yang, well,
pemeran utama jadi otomatis memiliki screening
time yang lebih dominan. Terlihat, Rodriguez mulai kewalahan bagaimana cara
semua karakter disini terkesan memiliki peran penting satu sama lain serta
menimbulkan masalah yang berkesinambungan. Tapi, malah konflik itu saling
menumpuk dan membuat film ini kacau.
Belum lagi third act film ini yang Meh.
Sehingga semakin memperparah kualitas dari Machete Kills sendiri. Mungkin itu
sebuah tribute bagi space adventure movie theme sehingga third act dari Machete Kills ini
terlihat sangat eksperimental untuk filmnya sendiri. Tapi, mengingat film ini
yang dibuat bukan untuk sebuah film fantasy,
maka Machete Kills sangat menganggu di bagian akhirnya. Mengurangi segala
kenikmatan perjalanan Machete yang lebih menggunakan Mobil, motor bahkan
sebuah
tank menjadi perjalanan menggunakan spaceship
dan berbagai hal science-fiction
lainnya.
An utter and dumb ways to get some fun.
Saya belum pernah menyaksikan
film pertama dari Machete. Tapi, saya terhibur dengan film kedua dari Machete
yang mungkin memiliki banyak sekali kekurangan di filmnya. Unsur-unsur
trashy-nya yang disajikan di film ini membuat saya menikmati dan menertawakan
unsur-unsur itu. Bisa dibilang adegan-adegan dumb yang di sajikan di film ini menjadi kekuatan tersendiri bagi
film Machete Kills. Hal yang dumb itulah yang membuat saya menikmati film
Machete.
Sebuah sajian instan nan bodoh
yang pastinya membuat saya tertawa terbahak-bahak. Belum lagi adegan
berdarah-darah yang setidaknya sangat enjoyable meskipun kesenangan itu jadinya
terbatasi oleh Lembaga Sensor Film. Yap. Mereka sangat tidak asyik. Jadi bisa
dibilang ini adalah film yang di luar logika manusia. Tidak usah kita memutar
otak kita dan menanggapi film ini dengan serius. Saksikan saja yang ada tanpa
perlu memikirkannya dan dapatkan kesenangan yang berbeda.
Danny Trejo yang menjadi frontman
di film ini. Yap, sosok Machete yang kuat, gagah, angkuh, dan dingin berhasil
dia bawakan dengan baik. Terkadang mirip dengan sosok AA Gatot di film
Azrax. Penampilan Michelle Rodriguez yang selalu tampil sebagai wanita badass seperti biasanya. Amber Heard
yang sangat bitchy ini yang membuat
saya terpaku menatap layar saat ada dirinya. So yes, for the surprise, Lady Gaga being a bad-bad-villain-bitch.
Ternyata dia memang bisa akting.
Overall, Machete Kills bukanlah
film yang bagus. Bahkan, cenderung menjadi sesuatu yang sangat buruk yang
pernah disaksikan. Tapi, kebodohan-kebodohan itulah yang membuat film ini
menjadi sebuah film hiburan yang instant dan menyenangkan untuk di lihat. It’s
totally another Rodriguez’s madness.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar