Raditya Dika tahun ini sedang dalam masa produktif. 2 Film miliknya di
rilis pada tahun bersamaan. Ada Cinta
Brontosaurus dan juga Cinta Dalam
Kardus yang sudah menghiasi layar lebar.
Dan di tahun ini pula, buku milik Raditya Dika juga di adaptasi menjadi
sebuah film. Manusia Setengah Salmon,
di sutradarai oleh anak buah dari Fajar Nugros yaitu Herdanius Larobu.
Dika (Raditya Dika), sedang dalam masa transisi hati dari mantannya bernama Jessica (Eriska Rein). Dia berusaha untuk melupakan bayang-bayang Jessica dari ingatannya. Hingga suatu ketika, dia bertemu dengan sosok wanita cantik bernama Patricia (Kimberly Rider). Dika berusaha untuk mencintai sosok Patricia. Dia sudah bisa, tapi bayang-bayang Jessica masih ada dalam benaknya.
Masalah-masalah lain dari Dika pun datang satu persatu. Novelnya yang
tak kunjung kelar dan di kejar deadline dan yang paling memberatkan Dika adalah
Keluarganya yang berniat untuk pindah rumah. Dia paling keberatan jika
keluarganya benar-benar pindah rumah.
Masih ingat jelas, April lalu, film adaptasi buku
milik Raditya Dika berjudul Cinta
Brontosaurus di angkat ke layar lebar. Serta di bulan Mei, Cinta Dalam Kardus yang di sadur dari web series milik Raditya Dika yang
berjudul Malam Minggu Miko juga
diangkat ke layar lebar. Dan sekarang, Manusia
Setengah Salmon mendapat gilirannya. Mungkin bisa di bilang, Raditya Dika
sedang dalam puncak produktivitasnya tahun ini. Toh, ketiga naskah dari film
tersebut juga di tulis oleh dia.
Surprisingly, very enjoyable Indonesian RomCom Movie.
Cinta Dalam
Kardus, bisa dibilang film standalone
bukan memiliki benang merah antara Cinta
Brontosaurus, Manusia Setengah Salmon bahkan Kambing Jantan sekalipun. Manusia Setengah Salmon adalah lanjutan
kisah dari Cinta Brontosaurus. Memiliki kesamaan meskipun dalam novelnya, tak
ada sama sekali sangkut paut antara Cinta Brontosaurus dan juga Manusia
Setengah Salmon. Cukup unik, jika Manusia Setengah Salmon menjadi sebuah
dwilogi dari seri Raditya Dika ini. Perpindahan sutradara pun terjadi dari Fajar
Nugros ke Herdanius Larobu.
Kagetnya, Manusia Setengah Salmon di antarkan oleh
Herdanius Larobu menjadi sebuah sajian Romance-Comedy
yang sangat enak untuk di nikmati. Awalnya, saya pun menaruh ekspektasi
yang rendah untuk film ini. Mungkin tak jauh beda dengan Cinta Brontosaurus.
Tapi, saya salah ketika akhirnya Manusia Setengah Salmon mampu menjalankan
tugasnya sebagai film komedi dengan baik. Tak seperti pendahulunya, Cinta
Brontosaurus yang sangat-sangat lelah untuk di ikuti dan sama sekali tidak lucu
dan di paksa lucu.
Manusia Setengah Salmon benar-benar mengena dari segi komedi serta romance-nya yang sweet. Cerita-cerita tentang move on di balut dengan analogi tentang perpindahan rumah dan di presentasikan dengan balutan komedi yang bagus. Jika Cinta Brontosaurus hanya mampu memberikan guyonan yang segar di awal filmnya saja, lain hal dengan Manusia Setengah Salmon. Intensitas komedinya benar-benar terjaga serta pace cerita yang juga di jaga. Guyonannya juga semakin dewasa. Tetap khas Raditya Dika tapi di selipkan dengan pintar oleh Herdanius Larobu.
Herdanius Larobu sepertinya tahu bagaimana
menerjemahkan skrip milik Raditya Dika yang notabene adalah komedian dengan
guyonannya yang absurd. Ada beberapa
bagian dari film ini yang masih absurd. Tapi, itu memang bagian dari novel
Manusia Setengah Salmon. Bab Interview Hantu yang menurut saya di buku juga
termasuk bab yang lemah. Tapi ketika di filmnya, bab lemah itu berubah menjadi
adegan yang enjoyable meskipun beberapa joke
di adegan itu hit and miss juga.
Saya adalah penggemar buku-buku milik Raditya Dika.
Tapi, tak satupun film adaptasi novelnya mampu membuat saya terhibur. Kambing
Jantan dan Cinta Brontosaurus juga gagal meng-interpretasikan novel milik
Raditya Dika. So yes, Manusia
Setengah Salmon berhasil mengadaptasi novel milik Raditya Dika. Inilah film
komedi Indonesia yang membuat saya tertawa ikhlas kala menyaksikannya. Jokes-nya mampu membuat saya tertawa
lepas kala menyaksikan film ini.
Bukan hanya dari segi Jokes-nya saja, melainkan sisi Romance
film ini juga. Manusia Setengah Salmon juga memberikan drama romance yang
dibangun dengan sweet di filmnya. Jika Cinta Brontosaurus mengangkat tema Cinta
yang bisa kadaluarsa. Manusia Setengah Salmon mengangkat tema Move On,
berpindah dari hati yang lama ke hati yang baru. Pintarnya, Raditya Dika
mencoba menuliskan di dalam skripnya tema ini dengan analogi tentang
perpindahan rumah. Serta di arahkan baik oleh sang Sutradara hingga romance yang di angkat terlihat begitu
dewasa dalam setiap adegannya.
Dialog-dialognya juga tersusun cerdas. Setiap
momennya tertangkap dengan romantis. Beberapa kalimat-kalimat tentang move on juga bisa di sampaikan dengan
baik. Tak terkesan over puitis hingga jatuhnya malah awkward dan menjijikkan. Dan yah, Raditya Dika sepertinya sudah
belajar banyak untuk menyusun skrip filmnya menjadi jauh lebih baik ketimbang
film Cinta Brontosaurus yang bisa di bilang seri pertama dari dwilogi cerita
Dika.
Karakter-karakter baru juga menghiasi film ini.
Seperti Sugiman yang diperankan oleh Insan Nur Akbar. Sosok supir berketek bau
yang super lugu juga mampu di perankan olehnya. Karakter-karakter keluarga dika
juga setidaknya mendapatkan peran lebih di sini. Banyak sekali cerita-cerita
yang lebih mengembangkan karakter-karakter seperti Edgar, Ibu Dika, dan Bapak
Dika. Tak hanya pemanis ketika mereka ada di film Cinta Brontosaurus. Mereka
memberikan warna yang baik bagi film ini.
Ada satu karakter yang menurut saya pengganti dari
Soleh Solihun yang memerankan sosok Kosasih. Seorang editor pengejar deadline yang di perankan oleh Mosidik
yang menurut saya kedatangannya cukup menganggu dan aneh. Sekali dua kali
kemunculan mungkin masih tidak masalah. Tapi, Kemunculannya yang sering dan
tiba-tiba cukup menganggu saya yang sangat menikmati alur cerita milik Manusia
Setengah Salmon ini sendiri.
Best adapted movie from Raditya Dika’s Book.
Jadi, bisa dikatakan ini adalah adaptasi novel milik
Raditya Dika paling bagus. Karena kedua adaptasi novelnya yang lain bisa
dikatakan berantakan. Bahkan dari sutradara se-kaliber Rudi Soedjarwo pun tidak
bisa mengarahkan novel Raditya Dika menjadi sajian film komedi yang bisa di
nikmati di film Kambing Jantan. Begitu pula dengan Cinta Brontosaurus yang
malah semakin terpuruk dalam pace
ceritanya yang semakin menambahnya durasi malah semakin melambat.
Jajaran pemain film ini masih memiliki susunan yang
sama seperti Cinta Brontosaurus. Raditya Dika sebagai pemeran utamanya yang
semakin kesini yah, act-ability nya
semakin membaik. Meskipun ada beberapa adegan yang masih dibuat-buat. Tapi, dia
mampu menjalin chemistry yang begitu baik dengan Kimberly Ryder. Lebih baik
ketimbang dengan Eriska Rein. Kimberly Ryder pun tetap memerankan sosok anggun
di film-filmnya. Dia sangat anggun dan cantik serta kalem. Tipe gue banget.
Karakter-karakter lainnya juga mampu di perankan
oleh jajaran aktor-aktris. Aktris yang selalu tampil baik yaitu Dewi Irawan
juga mampu memerankan karakter absurd di sini. Begitu pula dengan Bucek, Griff
Pradapa sebagai Edgar yang semakin di expose di film ini. Penampilan-penampilan
spesial di film ini juga menambah warna tersendiri. Penampilan dari Sylvia
Fully, Dinda Hauw bahkan aktris legendaris Titi Qadarsih juga lewat sebagai
pemanis di film ini. Serta, soundtrack manis milik HiVi yang digunakan pas saat
momennya ada. Tidak malah overused.
Teknis sekali lagi masih menjadi ganjalan film ini
dari film Cinta Brontosaurus. Resolusi gambar yang tidak seberapa memadai di
paksakan dengan aspect ratio 2:39:1 ini malah membikin gambar film ini menjadi
pixelate. Tapi, tak apalah hanya beberapa adegan saja yang hasilnya seperti
itu. Tak seperti film Refrain milik Fajar Nugros yang memang terlihat sangat
mentah di sepanjang 20 menit akhir filmnya itu.
Overall, Manusia Setengah Salmon adalah film
adaptasi buku milik Raditya Dika terbaik. Herdanius Larobu yang sebagai
sutradara mampu menjaga tensi komedi di film ini sehingga terjaga hingga akhir.
Serta beberapa momennya yang romantis juga mampu tergambarkan dengan baik.
Begitu pun dengan Skrip milik Raditya Dika yang sudah banyak perubahan.
Menganalogikan Perpindahan Hati dengan Perpindahan Rumah. Fun, Smart, and Very
Enjoyable. Worth to watch.
Setau saya Herdanius Larobu itu bukan bawahannya Fajar Nugros,,, doi itu orang lama juga di film tapi biasa nanganin animasi dan efek untuk film, doi juga sering jadi sutradara FTV,, nama lain dia capluk.
BalasHapusAnyway nice review.
wow, bagus juga ya tanggapan2nya ternyata. Awalnya saya skeptis sama MSS , bahkan saya ngira fil m ini bisa jadi lebih jelek dari CDK sama Cinta brontosaurus, secara promosi film ini kurang 'wah' dibanding kedua film sebelumnya. Ok sip, ntar saya tonton.
BalasHapusBtw, salam kenal. Nitip mampir juga ya, bamirawan.blogspot.com
Nice Review, gara - gara baca review ini jadi kepengen juga nonton filmnya :D
BalasHapussaya blm lihat jadi blm bisa memberi komentar :)
BalasHapushttp://jagadkawula.blogspot.com/
gue baru liat novelnya aja nih,liat blog gue ya http://saliandro.blogspot.com/
BalasHapus