Disney kembali mengangkat salah satu wahana dari Disneyland mereka ke dalam sebuah motion picture. Lupakan The
Haunted Mansion yang sangat berantakan, karena ada wahana dari Disneyland
yang masih saja bertahan dan mengeruk keuntungan lewat sebuah film yaitu Pirates of the Carribean. Dengan
kesuksesan dari Pirates of the Carribean, jelas ini akan menarik gairah dari
para petinggi Disney untuk mencari keuntungan dalam medium film tentang wahana
populernya.
Kali ini, wahana yang sangat digandrungi di Disneyland kembali
diangkat menjadi sebuah film. Wahana populer lain bernama Tomorrowland, digarap
oleh Brad Bird yang telah berkolaborasi dengan Disney Pixar lewat beberapa film
animasinya yang cemerlang. Tomorrowland disokong oleh naskah yang ditulis oleh
Damon Lindelof dan juga sang sutradara. Juga dibintangi oleh George Clooney dan
Britt Robertson di deretan pemain utama untuk film ini. Tomorrowland milik Brad
Bird ini menawarkan petualangan futuristik dengan makna yang dalam.
Tomorrowland akan menawarkan sesuatu yang sudah dirindukan oleh para
penontonnya terlebih yang rindu akan film keluarga yang penuh petualangan. Disney
kembali menggunakan formula lama dari studio tersebut akan terasa hadir kembali lewat film Tomorrowland.
Layaknya sebuah wahana permainan, film Tomorrowland digadang bisa menjadi
sebuah medium piknik bagi para keluarga. Hanya Saja, Tomorrowland ini memang
tak sepenuhnya orisinil ataupun segar di dalam genre film serupa.
Pun akan terasa generik dengan beberapa film science fiction serupa.
Tomorrowland memang tak memiliki premis cerita yang segar. Tak ada orisinilitas
yang digunakan oleh Tomorrowland sebagai landasan untuk penontonnya agar
menonton film ini. Tetapi, ada konsep cerita yang besar dari Tomorrowland
sehingga film science fiction ini
memiliki sesuatu yang lebih thoughtful, terlebih didukung oleh Damon Lindeloff
yang menyelipkan cerita pendamping dari legenda kaum Indian Cherokee.
Tomorrowland menggambarkan dunia masa depan yang terpengaruhi oleh apa
yang dilakukan oleh manusia pada zaman sekarang. Para pemimpi layaknya Frank
Walker (George Clooney) dan Casey Newton (Britt Roberson) sangat dibutuhkan untuk
menyelamatkan dunia dari ambang kehancuran. Mereka pun terpilih menjadi
orang-orang yang dianggap bisa untuk memperbaiki keseimbangan masa depan lewat
imajinasi mereka yang liar.
Athena (Raffey Cassidy), sang android yang bertugas untuk mengumpulkan
para pemimpi tersebut. Casey adalah pemegang pin terakhir yang mendapatkan
pandangan tentang dunia masa depan. Athena menyuruh Casey untuk menemui Frank
agar bisa menuju ke dunia masa depan tersebut. Karena dunia masa depan yang dia
lihat lewat pin yang diberi oleh Athena membutuhkan bantuannya agar kembali
hidup seimbang seperti semula.
Dengan konsep cerita yang begitu besar, Tomorrowland memang tak bisa
memiliki presentasi yang sempurna. Brad Bird terlihat mencoba menjadikan
Tomorrowland menjadi sebuah film sesuai dengan wahana dari taman bermain milik
Disney sehingga akan terkesan diperuntukkan untuk segala usia. Tetapi,
Tomorrowland memiliki genre futuristik yang memiliki metafora lebih tentang
kehidupan sehingga konsep besarnya sendiri sudah bukan lagi diperuntukkan bagi
para keluarga yang mencari hiburan semata.
Damon Lindeloff sebagai penulis naskah dari Tomorrowland ini pun
memiliki naskah yang pretensius. Beberapa dialog dengan berbagai perumpamaan
tentang kehidupan manusia yang tak mudah untuk dicerna oleh berbagai usia
dimasukkan ke dalam film ini. Alhasil, Brad Bird terlihat bingung bagaimana
untuk mengarahkan Tomorrowland menjadi sajian film keluarga yang menyenangkan.
Pertengahan film Tomorrowland akan terasa tersendat-sendat dalam menyampaikan
pesannya.
Pengenalan para karakter yang digali cukup dalam membuat film ini tak
menyentuh konflik utama dari Tomorrowland dengan baik. Paruh pertama dari
Tomorrowland hanya berisikan introducing panjang tentang para karakter di dalam
filmnya. Meski dalam durasinya sekitar 130 menit, Tomorrowland masih terasa
terlalu panjang tetapi tak sampai menyentuh akar permasalahan dari filmnya.
Sehingga tak pelak bahwa Tomorrowland akan terasa sangat terburu-buru di paruh
akhir dari filmnya.
Ya, Tomorrowland akan memanjakan mata penontonnya lewat visualisasi
indah tentang dunia masa depan miliknya. Penonton akan diajak berpetualang
menuju dunia masa depan yang indah. Tetapi, sekuens aksi yang dibangun oleh
Tomorrowland tak akan sebanyak film-film Brad Bird sebelumnya. Meski begitu, film arahan Brad Bird ini
menggunakan dialog-dialog dari setiap karakternya untuk mengatur emosi filmnya
sehingga penonton akan dengan mudah terkoneksi dengan suasana film ini.
Tetap, Brad Bird pun tahu bagaimana Tomorrowland yang highly concept ini bisa digunakan
sebagai medium piknik bagi para keluarga. Tomorrowland memang harus
mengorbankan konsepnya yang besar demi membuat Tomorrowland menjadi sajian yang
tetap menyenangkan untuk diikuti. Tomorrowland yang mengemban misi untuk menyampaikan
pesan tentang kehidupan manusia pun dikemas begitu menyenangkan dan ringan
untuk penontonnya.
Mungkin dengan minimnya orisinilitas dan konsep yang terlalu besar,
Tomorrowland memang terlihat bukan menjadi sesuatu presentasi yang sempurna.
Tetapi, ada cita rasa lama yang kembali dihadirkan oleh Brad Bird lewat film
science fiction terbarunya. Brad Bird menjadikan Tomorrowland yang diadaptasi
dari wahana permainan dari taman bermain milik Disney ini menjadi sebuah medium
piknik baru untuk keluarga. Karena Tomorrowland masih mampu menghadirkan 130
menit penuh petualangan dengan visual mewah meski harus tersendat dalam
perjalanannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar