Kamis, 03 Oktober 2013

REVIEW - INSIDIOUS CHAPTER 2

James Wan, sosok sutradara yang berhasil mengangkat sebuah film horror yang mengagumkan 3 tahun lalu. Insidious adalah film horror yang sangat digandrungi banyak orang. Dan tahun ini, James Wan merilis kisah petualangan di dunia astralnya. Insidious Chapter 2, sebuah sekuel yang pasti di nantikan oleh para penikmat film dimanapun. 

 
Menyambung dari cerita Insidious seri pertama. Ketika berusaha mengembalikan sang anak, Josh (Patrick Wilson) malah harus terseret oleh masa lalunya yang pernah juga merasakan hal yang sama dengan Dalton (Ty Simpkins), beberapa tahun lalu. Makhluk Astral di masa lalu Josh menjadi parasit dan hidup di tubuh milik Josh. Meski begitu, Renai (Rose Byrne) sang istri tetap berusaha menerima Josh yang berbeda di keluarganya.

Tapi, Renai berusaha mengeluarkan parasit yang ada di dalam tubuh Josh. Karena teror-teror baru mulai menghampiri keluarga mereka lagi. Dan parasit yang ada di dalam tubuh Josh sudah mulai membahayakan Renai dan anak-anaknya. 

A ridiculous connection from it predecessor even its very connected
James Wan, sutradara yang produktif di tahun 2013 ini. 2 filmnya di rilis dengan genre yang sama yaitu horror. The Conjuring sebagai film pembuka milik James Wan yang di rilis tahun ini. The Conjuring mampu membangun hype yang cukup tinggi. Apalagi dengan adanya gimmick warning yang diberikan oleh pihak studio yang menaungi film ini. Meskipun overrated tapi tetap bagus, The Conjuring mampu memberikan suasana horror yang mencekam dan depressing yang kuat.

Film kedua milik James Wan yang di rilis adalah sebuah sekuel dari film horornya yang di rilis 3 tahun lalu. Insidious, film horror yang datang ke Indonesia di saat yang sangat tepat kala itu. Karena waktu itu, Indonesia sedang dalam paceklik panjang dengan film-film hollywood milik beberapa studio besar. Dan karena itulah, Insidious menjadi sebuah omongan banyak orang dan menjadi sorotan. Insidious adalah sebuah film horror dengan cerita yang bagus dan berbeda dengan kebanyakan film horror yang ada kala itu. Dengan adanya cliffhanger ending dan kesuksesannya, tak salah jika film ini akan berlanjut ke seri berikutnya.

Insidious Chapter 2 pun di garap oleh James Wan. Dengan memasang kembali semua aktor dan aktris yang berperan di dalam Insidious seri pertama. Insidious Chapter 2 langsung menyambung benang merah dari cliffhanger ending di film pertama. Inilah yang menarik di film ini. Scene opening film ini begitu bagus. Menceritakan Josh kecil yang juga bernasib sama dengan Dalton. Koneksi yang dibangun oleh James Wan memang seperti sudah terkonsep sejak awal pembuatan film seri pertamanya. 


Ketika perlahan durasi berjalan, banyak misteri-misteri mulai meneror film ini. Hingga pada akhirnya di pertengahan film, saya menemukan sebuah intrik yang mulai membuat saya mulai malas untuk mengikuti film ini. Bagus memang, bagaimana James Wan mencoba mengkoneksikan antara seri pertama dengan seri keduanya. Tapi, salah jika James Wan menggunakan cerita yang mengusung time travel di film ini. Kesannya, seri keduanya kali ini menjadi tidak masuk akal.

Jika konsep time travel ini bisa dijelaskan dengan baik oleh James Wan mungkin masih bisa di terima. Tapi sayangnya, penjelasan bagaimana time travel itu bisa terjadi dengan selang tahun yang cukup jauh itu tak di beritahu. Hingga akhirnya, koneksi antara seri pertama dengan seri kedua ini malah akhirnya terkesan memaksa tapi masih di konsep dengan bagus. Saya tidak bisa memungkiri bahwa cara James Wan untuk mengkoneksikan film pertama dengan film kedua ini adalah cara yang brilliant. Tapi, cara cerita yang menjembatani film ini cukup tidak masuk akal dan malah membuat kita semakin bingung dan bertanya-tanya saat menyaksikan kedua film Insidious. 


Naskah yang ditulis oleh Leigh Whannell ini terlihat seperti terlihat ambisius dalam mengembangkan ceritanya. Hingga akhirnya, dia pun menuangkan semua pikiran liarnya dengan sudut pandang yang luas tanpa memikirkan logika di filmnya. Meskipun ini film yang mengusung tema no-logic-can-describe-astral-projection-world. Tapi, jika di treat ulang dan di berikan berbagai pengertian di filmnya mungkin hal itu akan menjadi nilai plus.

Nilai plus muncul ketika film ini mulai mencoba untuk mengulik back story dari makhluk astral yang mengusik kehidupan mereka. Sebuah back story yang gila dan menunjukkan sisi psycho-ic dari James Wan sendiri. Jelas itu adalah sebuah back story yang thought-provoking dan menunjukkan sisi evil yang cukup kental di film ini. 

An effective jump scared as its power. But, it just works on the first beginning of this movie.

Dan kekuatan lainnya muncul di film ini. Insidious Chapter 2 masih memiliki berbagai momen jump scares-nya. James Wan tahu benar bagaimana momen Jump Scares itu ada dan efektif membuat penontonnya gusar, berteriak, bahkan mengucapkan kata-kata yang tidak pantas di dalam studio. Suasana creepy dibangun terlebih dahulu sebelum akhirnya penampakan makhluk-makhluk astral yang ada di film ini mampu membuat kita kaget.

Tapi sayangnya, semua suasana creepy itu hanya terjadi di first act film ini. Hingga akhirnya lambat laun, suasana mencekam itu semakin memudar seiring dengan durasi film ini. Hingga akhirnya, tak seperti The Conjuring. Meskipun minim Jump Scares, tapi The Conjuring masih bisa membangun suasana horror yang mencekam tanpa istirahat dan terus-terusan di sajikan kepada penontonnya tanpa ada jeda bagi kita untuk istirahat dari teror tersebut. 


Di second act hingga third act, malah film ini menyajikan berbagai komedi-komedi yang harusnya bisa dihilangkan. Unsur komedi inilah yang membuat film ini distract. Sangat-sangat menganggu ketika second act film ini malah memasukkan unsur komedi ketimbang pembangunan suasana film horror yang mencekam.  Insidious Chapter 2 pun mempunyai cliffhanger ending yang menjadi jembatan ke seri ketiganya yang sudah memiliki lampu hijau.

Dari jajaran cast, kita masih bisa menemui wajah-wajah familiar. Patrick Wilson, aktor yang sering digunakan oleh James Wan dalam film horror-nya. Rose Bryne, Lin Shaye, Barbara Hershey, hingga Ty Simpkins yang mampu berkombinasi baik di filmnya. Hingga beberapa adegan creepy di film ini bisa tersajikan dengan baik. Terlebih penggunaan Scoring yang dibuat begitu norak seperti film-film James Wan biasanya. Inilah kekuatan bagi James Wan selaku sutradara film horror. Dia benar-benar mempunyai taste horror yang bagus. 

 

Overall, Insidious Chapter 2 mempunyai cara yang bagus untuk membangun koneksi dari film pertama ke film keduanya. Tapi sayangnya, cerita tersebut tak memiliki treatment yang bagus hingga akhirnya unsur-unsur filmnya yang maunya out of the box itu malah out of logic. Jump scares-nya juga masih mampu berjalan baik meskipun tensinya tidak terjaga. Tapi, James Wan masih mempunyai taste film horror yang bagus. 

1 komentar: