Cars memiliki reputasi yang buruk semenjak film keduanya. Cars 2
menuai banyak kritik pedas dan tajam dan menjadi sebuah film paling buruk milik
Pixar dan Disney. Maka, kali ini Disney (tanpa Pixar) memilih untuk membuat
spin-off from world of Cars. Planes, yang awalnya dirilis dalam format DVD pun
dirilis ke dalam format layar lebar.
Dusty (Dane Cook) adalah sebuah pesawat sawah yang digunakan untuk
menebarkan pestisida untuk hama. Dia pun bermimpi untuk menjadi sebuah pesawat
yang menang dalam sebuah pertandingan balap dunia. Dia pun mendaftar dalam
lomba tersebut. Tapi sayangnya, Dusty takut dengan ketinggian dan malah menjadi
cemoohan bagi Ripslinger (Roger Craig Smith).
Dibantu oleh
pesawat yang selamat dalam pertempuran, Leadbottom (Cedric The Entertainer)
yang akhirnya membantu Dusty agar bisa menang dan memerangi ketakutannya dengan
ketinggian.
Childish with some annoying scene and failed jokes.
Cars, adalah sebuah film
yang tak mempunyai sebuah presentasi film yang begitu bagus. Cars seri pertama
mungkin cukup menghibur tanpa mempunyai magical
story di dalamnya. Cars 2 yang
dirilis kala itu pun memiliki kualitas yang begitu buruk dan mengecewakan para
penggemar Pixar. Maka, Planes adalah sebuah spin off dari dunia film Cars yang
mengambil karakter Pesawat sebagai karakter utama dan dalam fokus ceritanya.
Planes pun dirilis oleh Disney tanpa asuhan Pixar. Malah, Disney
dirilis oleh Disney Toon yang
biasanya merilis film dalam format DVD saja. Tapi, daya tarik Planes cukup
besar mengingat dia masih memiliki embel-embel dunia Cars dalam film Planes
kali ini. Mungkin jika menaruh harapan besar, saya sangsi. Maka saya menonton
film ini dengan ekspektasi yang sangat rendah malah tak mau berharap apa-apa.
Karena saya pesimis film ini akan menjadi sebuah film animasi kosong lainnya.
Beberapa pandangan negatif yang saya berikan ke dalam film ini pun
terwujud. Jika Cars 2 setidaknya mempunyai berbagai plot cerita yang cukup
unik. Maka, Planes malah menyajikan sebuah cerita yang begitu gampang dicerna. Zero-to-hero-theme yang banyak sekali
diusung oleh film-film animasi yang mungkin akan menginspirasi bagi anak kecil.
Planes, menjadi sebuah sajian cliche
yang sangat tidak bisa dinikmati bagi saya. Mungkin bagi balita, yes! they can enjoy it.
Jika jalinan Cliche nan cheesy itu bisa diolah dengan baik
mungkin bisa menjadi sajian yang setidaknya watchable.
Tapi, cerita cliche itu malah berubah
menjadi suatu presentasi yang buruk. Dengan berbagai momennya yang membuat kita
mengelus dada sebagai penontonnya. Momen menganggu seperti adanya momen khas bollywood yang menurut saya sangat
menganggu. Belum lagi jokes-nya yang disajikan
kelewat garing.
Sajian cerita cliche ini
terasa menganggu. Dengan olahan yang kurang baik dan presentasi yang cukup
boring. Maka, Planes seperti membuat film Turbo menjadi sebuah sajian film
Masterpiece dibandingkan dengan Planes. Turbo yang sudah memberikan pace cerita
yang lambat. Kita akan merasakan sesuatu yang sama saat menyaksikan Planes.
Malah, kita akan merasa lebih lambat lagi. Turbo masih memiliki bagian unik. But, It’s not for Planes.
Begitu pun dengan pace cerita yang ter-tarik ulur. Pace cerita di awal
disajikan dengan begitu cepat. Awal mula Dusty menuju ke pertandingan
diceritakan begitu cepat. Dan mulai datanglah konflik-konflik di film ini yang
sangat menganggu keterjagaan pace dari film ini. Dimulai lah parade acakadut
dari film ini yang cukup membuat saya akan terlelap tidur. Semua
konflik-konflik film ini sangat bisa ditebak dengan aliran cerita apa adanya.
Presentasi yang kekanak-kanakan yang akan menyegarkan bagi para anak
kecil dibawah usia 5 tahun. Guyonan-guyonan slapstick
dan berbagai celetukan-celetukan yang sangat membuat saya terdiam sejenak dan
mencoba mencerna kelucuan seperti apa yang coba film ini berikan kepada kita
sebagai penonton. Tapi, saya tidak mendapatkan apa yang mereka maksudkan.
Inilah yang semakin membuat saya merasakan kebosanan dengan tingakatan yang
sudah tinggi saat menyaksikan film ini.
Its better if this movie goes to direct-to-video movie
Planes jelas sebuah presentasi yang sangat lemah untuk ukuran Disney
yang akan dikeluarkan ke layar lebar. Saya lebih menantikan ‘Frozen’ dari Disney yang mungkin akan
semenarik Tangled atau Wreck-it Ralph. Planes tak memiliki jalinan cerita yang
mumpuni atau bukan sesuatu yang watchable.
Tapi, Disney seperti berusaha keras agar Planes tak membuat dunianya terkesan
begitu murahan. Tetap memiliki visual yang tak kalah bagus dengan Cars.
Serta mungkin jajaran voiceover
dari film ini yang sebenarnya tak bermain jelek. Hanya saja mereka bermain
biasa saja. Nama-nama tak terkenal pun masih digunakan oleh Disney. Mungkin
hanya Dane Cook, Val Kilmer, dan Priyanka Chopra yang setidaknya famous
dikalangan kita. Masih banyak nama-nama lain yang kurang begitu dikenal. Tapi
itulah Disney maupun Pixar. Mereka masih jarang sekali menggunakan nama-nama
besar untuk filmnya sendiri.
Salah satu hal yang cukup menarik dari Planes adalah penggunaan soundtrack yang ear-catching. Lagu-lagu Pop
Rock yang menghiasi perjuangan Dusty dalam menempuh pertandingannya.
Sehingga cukup membuat berbagai momennya tersampaikan. Tapi, scene-scene dengan soundtrack itu tak
cukup untuk menyelamatkan keseluruhan film ini yang tak bagus.
Overall, Planes adalah worst
Disney big-screen movie release. Ceritanya yang cliche dan cheesy itu tak mampu
diolah lagi dengan begitu baik. Dengan berbagai kekacauan dalam penuturan
ceritanya serta guyonannya yang lebih ditujukan kepada Balita yang semakin
membuat saya bosan. Skip!
Planes pun tak lupa di rilis dalam format 3D. Saya akan review format 3D dalam film ini. Worth it atau tidak.
BRIGHTNESS
Film ini mempunyai tingkat kecerahan yang masih bagus jika disaksikan dalam format 3D.
DEPTH
Kedalaman
dalam film ini sangat bagus. Apalagi saat film ini bersettingkan di
udara. Semakin menunjang efek Depth dalam format 3D di film ini.
POP OUT
Hampir
tidak ada efek Pop Out untuk film ini. Disney lebih memilih untuk
memanjakan kita dalam format Depth ketimbang Pop Out di setiap filmnya.
Planes mungkin akan menarik bagi para penonton yang menyukai
efek Depth dalam filmnya. Tapi mungkin akan mengecewakan bagi penonton
yang akan menantikan efek Pop Out di film ini. Mengingat harga tiket 2D
dan 3D yang sama. Apa salahnya dicoba. Decide it by yourself
Tidak ada komentar:
Posting Komentar