Reza
Rahardian, Didi Riyadi, Irwansyah serta Teuku Wisnu adalah 4 aktor Indonesia.
Kali ini mereka mencoba keahlian mereka tidak untuk beradu akting. Melainkan,
mereka mencoba untuk berada di balik layar untuk mengarahkan sebuah film.
Wanita Tetap Wanita adalah sebuah film omnibus yang mereka arahkan. Sebuah film
yang menceritakan tentang berbagai sisi dari wanita.
Lima Wanita, Lima Cerita. Shana (Zaskia Sungkar) adalah sesosok wanita
penjual cupcake yang harus gagal menikah dengan pasangannya. Adith (Renata
Kusmanto) yang masih teguh dengan pendiriannya yang mengira tanpa pasangan dia
masih bisa hidup lebih baik. Nurma (Revalina S. Temat) yang harus terjebak
nostalgia meskipun dia sudah memiliki tunangan.
Kinan (Shireen Sungkar) pramugari cantik yang harus menghidupi
keluarganya karena ayahnya yang sudah meninggal dan ibunya yang sakit-sakitan.
Serta Vanya (Fahrani Empel) yang harus bekerja ekstra keras untuk memberikan
terapi kepada adiknya yang autis.
An omnibus which want to connected each others but it failed.
Omnibus adalah sebuah rangkaian film pendek yang tergabung menjadi
sebuah film utuh. Tapi, terkadang film omnibus ada yang bersegmen dan ada pula
yang sengaja bergabung jadi satu. Rectoverso adalah salah satu contoh film
omnibus yang berdiri sendiri tapi seperti memiliki benang merah. Rectoverso
menjadi film omnibus dengan presentasi yang begitu kuat. Dari segi directing, act, dan segi teknis lainnya.
Wanita Tetap Wanita, mencoba untuk memberikan sentuhan berbeda dari
Rectoverso. Film ini tak serta merta memberikan cerita omnibus yang berdiri
sendiri layaknya Rectoverso. Tapi, masih memiliki benang merah dari kelima
cerita di film ini. Sehingga, kita akan menemukan berbagai penyelesaian yang
mungkin unik ataupun shocking di
filmnya. Dari 4 Aktor yang merubah dirinya menjadi sebuah Sutradara, dengan directing mereka yang sudah bisa di
bilang cukup. Sayangnya, treatment script
yang sangat kurang membuat film ini sangat lemah.
Wanita Tetap Wanita memiliki cerita omnibus yang tak tertata dengan
berbagai benang merah yang dipaksakan ada di setiap segmennya. Banyak sekali plot hole yang tersebar bak ranjau yang
sudah tidak bisa di handle lagi oleh
sang sutradara. Siapa mereka sebelumnya, konflik apa yang terjadi, serta
berbagai back story yang harusnya ada
di film ini pun tidak diceritakan dengan baik. Hingga kita sebagai penonton
harus merasakan pengalaman tidak menyenangkan saat ingin mencoba untuk
menikmati film omnibus ini.
Saya sebagai penonton, merasakan suatu kebingungan yang terjadi saat
film ini berlangsung. Hingga sekitar 60 menit film ini berlangsung, perjalanan
cerita ini masih tak mempunyai kefokusan yang jelas. Film ini terlihat bingung
mau dibawa kemana semua cerita omnibus ini. Sehingga, skrip yang ditulis ramai-ramai
ini seperti memaksakan setiap segmen harus saling berkoneksi satu sama lain dan
harus mengorbankan setiap ceritanya yang berantakan. Mungkin ada beberapa yang
masih memiliki ritme yang terjaga hingga
pertengahan. Meskipun akhirnya, segmen itu juga harus jatuh pula.
Tema tentang wanita adalah main theme yang diangkat oleh film ini. Memperlihatkan sisi feminim
dari setiap wanita yang memiliki karakter yang berbeda di setiap segmennya.
Meskipun, terlihat jelas berbagai kerapuhan setiap wanita di setiap segmennya.
Wanita-wanita tersebut memiliki sebuah titik lemah masing-masing. Cerita ini
tersampaikan dengan cara yang sedikit mendayu-dayu. Cerita yang kurang
tereksplor dengan baik serta pace cerita yang tak terjaga membuat saya tak bisa
menikmati cerita-cerita di film ini.
Berbagai pesan kewanitaan yang maunya ingin disampaikan di film ini pun
jadi terhambat dan tak bisa tersampaikan dengan baik karena skrip-skripnya yang
tak di tulis dengan baik. Belum lagi, konflik-konflik klise ala sinetron
Indonesia. Mungkin ada satu yang oke dan harus rela jatuh menjadi sebuah segmen
yang klise. Belum lagi, dialog-dialognya yang mencoba memberikan metafora yang
malah jatuhnya membuat kita-kita bertanya apa maksud dari dialognya.
Konflik-konflik tentang perselingkuhan, percintaan, keluarga mungkin
tak salah dengan tema cerita itu. Tapi, berbagai treatment nya yang malah
membuat konfliknya menjadi konyol. Dan mungkin efek shocking ending yang mungkin terjadi cukup baik meskipun
pengantar-pengantar menuju ending tak memiliki penceritaan yang bagus.
Film ini sepertinya tak menyadari berbagai potensi yang ada. Didi
Riyadi, Teuku Wisnu, Irwansyah serta Reza Rahardian yang mencoba dirinya untuk
terjun menjadi sutradara harus menangani berbagai cerita yang serba nanggung untuk
filmnya. Mungkin ingin dibawa menjadi eksploratif tapi sayangnya itu tak
berhasil. Cerita-cerita klise ala sinetron, berbagai cerita yang tak tertata,
dan masih banyak lagi poin minus yang ada di dalam film ini sendiri.
Eye popping beautiful actresses.
Dari segi cast, juga masih
ada yang saya rasa terbuang sia-sia. Potensi-potensi baik dari banyaknya
Aktris-aktris cantik yang mungkin membuat mata kita akan terhibur. Duo
Shireen-Zaskia Sungkar, Renata Kusmanto, Revalina S. Temat, Fahrani Empel.
Aktris-aktris dengan paras cantik dan beberapa di antaranya memiliki act yang
bagus. Bahkan Shireen-Zaskia yang biasanya bermain ala kadarnya di Sinetron
Indonesia pun, seperti berusaha keras untuk bermain dengan bagus di film ini.
Dan bold point buat Teuku
Wisnu, yang bermain tak sebagus yang lain. Berbagai aksen batak yang terlalu
dibuat-buat. Aktingnya yang masih kaku membuat segmen yang dibintanginya
semakin melemah.
Scoring milik Melly-Anto
Hoed yang seperti biasa mengiringi film ini. Scoringnya mungkin terdengar biasa
dan sangat Melly-Anto Hoed sekali. Tapi, Scoringnya berhasil menyokong beberapa
momen dari film ini sendiri. Meskipun beberapa masih overused dan ada beberapa
momennya yang bisa lebih baik tanpa scoring dari Melly-Anto Hoed sendiri.
Overall, Wanita Tetap Wanita
adalah sebuah film omnibus yang ingin memberikan cerita yang saling connecting
each others tapi digarap setengah-setengah. Dengan skrip yang tak di olah dan
di tangani dengan baik, film ini pun memiliki kesan tak tertata. Wanita Tetap
Wanita seperti tidak sadar memiliki potensi besar yang menggarapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar