Vin Diesel memang telah
tergabung dengan project Riddick ini sejak seri pertama film ini. Ketika seri
kedua dari Riddick ini rilis. Banyak sekali kekecewaan dan kritikus negatif
dari kritikus. Maka, Kali ini David Twohy
sepertinya ingin membayar kekecewaan dari fans dan membuat seri ketiga dari
dengan judul Riddick. Tetap
menggunakan Vin Diesel sebagai pionir untuk film ini.
Riddick (Vin Diesel) sedang dijebak oleh Lord Vaako (Karl Urban).
Riddick di taruh disebuah planet yang memiliki banyak binatang buas. Disana,
Riddick mencoba untuk bertahan hidup dari serangan yang datang secara tiba-tiba
dari binatang buas. Di lain hal, Riddick juga sedang menjadi perburuan. Banyak
sekali Bounty Hunter yang berusaha
membunuhnya dan mengambil Kepala dari Riddick
Tapi, para Bounty Hunter itu
berurusan dengan orang yang salah. Riddick adalah sesosok buronan yang tangguh.
Mereka pun harus berani mati agar bisa berhadapan atu bahkan membunuh sosok
Riddick.
A long journey for Riddick
Bisa dibilang Riddick adalah project
Trilogy yang harus memiliki perjalanan yang tertatih saat proses
penggarapannya. Riddick memiliki budget
yang begitu minim saat seri pertama di rilis. Lalu, di seri kedua film ini pun
memiliki big budget. Tetapi, Universal Pictures harus menelan pahit.
Ketika kepercayaan budget itu diberikan. Seri kedua film ini pun tak bisa
mengembalikan budget itu serta kritikus pedas terlontar untuk film ini.
Riddick sebagai seri ketiga film ini pun juga memiliki perjalanan yang
cukup susah. Universal awalnya tak
memberikan lampu hijau untuk project ini. Tapi, dengan usaha yang keras
akhirnya Riddick pun diberi lampu hijau. David
Twohy mungkin ingin membayar lunas kekecewaan fans dari Riddick atas kehancuran
film keduanya. Vin Diesel pun tetap memerankan sesosok Riddick yang gelap dan
sinis itu. Maka kali ini, David Twohy sepertinya tidak mau menyia-nyiakan
kesempatannya.
The truth from the blog writer
is never watched all the series of Riddick. Jadi, saya pun tak bisa membandingkan
antara film satu hingga film ketiganya. Dan awalnya, saya pun takut tidak bisa
memahami isi dari film ini. Tapi, Riddick sepertinya upaya dari David Twohy
untuk memperkenalkan kembali sesosok Riddick. Jadi, seri ini seperti bukan
sebuah Sekuel. Malah terkesan menjadi sebuah Remake dari seri semua ini.
Karena, tanpa mengetahui seri pertama dan keduanya kita masih bisa mencerna
film ini dari awal hingga akhir durasinya.
Mungkin ada beberapa bagian yang akan menjadi sebuah pertanyaan bagi
yang tak pernah menyaksikan film-film sebelumnya. Tapi, kita masih diberi tahu beberapa
penjelasan tentang dunia Riddick meskipun hanya sedikit. Setidaknya Riddick
masih membuat orang yang tak pernah menonton dua filmnya akan kebingungan. Tapi
efeknya, Riddick akan dikira menjadi sebuah re-release
karena judulnya oleh penonton awam. Mungkin karena The Chronicles of Riddick juga menggunakan tulisan ‘Riddick’ yang
lebih besar ketimbang sub-judulnya.
Entah, saya belum pernah menonton dua seri sebelumnya. Tapi, David
Twohy mampu mengajak fandom baru
untuk keseluruhan trilogi ini. Tapi, sayangnya saya tidak tertarik untuk
menjadi Fandom baru bagi seri ini. Riddick menjadi sebuah perjalanan panjang
yang melelahkan bagi saya. Beberapa ceritanya terlihat kacau di awal.
Penjabaran Necromanger ataupun Furya dan universe milik Riddick ini terlihat berjalan setengah-setengah.
David Twohy seperti kebingungan harus memulai film ini darimana. Sehingga
kekacauan di menit pertamanya terlihat sangat jelas.
Kurang lebih 10 menit awal film ini disajikan tanpa dialog. Sehingga
penonton dibuat kebingungan mau dibawa kemana film ini. Melihat berbagai survival Riddick di planet ini tanpa ada
penjabaran terlebih dulu. Sehingga, 10 menit awal membuat saya berfikir “Ok, I’m Done with this movie.” Saya
mulai kelelahan mencari fokus konflik yang masih nge-blur di 10 menit awal
film. Hingga akhirnya berbagai konflik mulai muncul di film ini meskipun terasa
episodik di setiap durasinya.
Setelah mulai tahu ada apa sebenarnya di film ini. Disinilah berbagai
keasyikan (seharusnya) bagi penonton mulai di sajikan. Tapi, saya tak merasakan
berbagai keasyikan di sini. Yes for Gore
scene dan visual yang bagus. But, No
for the tension dan juga penjagaan ritme film ini yang juga mulai melambat
seiring filmnya yang bertambah durasinya.
A full sci-fi action with visually beautiful but we lost the tension.
Sayangnya, menurut saya tidak ada tensi yang coba dibangun oleh David
Twohy. Banyak sekali berbagai adegan yang menurut saya masih bisa dibangun
menjadi lebih meyakinkan lagi. Tapi, Riddick malah tak mempunyai kekuatan untuk
membangun itu semua. Adegan itu hanya berjalan begitu saja tanpa adanya daya
dan upaya untuk mengajak saya sebagai penonton untuk masuk kedalam ngerinya
dunia yang sedang di hidupi oleh Riddick.
Pun begitu dengan ritme atau tempo dari cerita film ini. Tak terjaga
dengan baik dari awal hingga akhir. Kendor di bagian awal. Lalu, semakin
terarah menuju pertengahan film. Tapi sayangnya, ritme itu mulai melambat lagi
ketika film ini menuju akhir. Rasanya banyak sekali adegan-adegan yang bisa di
persempit lagi. Rasanya 110 Menit film ini juga hanya berisi adegan-adegan aksi
tak ada cerita yang terlalu ribet. Naskahnya hanya memiliki beberapa konflik
tipis yang mampu dicerna dengan baik oleh para penonton film ini.
Riddick mempunyai hal yang setidaknya masih bisa dinikmati. Film ini
masih berisikan banyak aksi-aksi non stop
yang lovable bagi penonton awam
yang membutuhkan pure hiburan. Juga adegan-adegan gore yang cukup menghibur
saya. Darah bermuncratan, penggunaan benda-benda tajam, dan hal gila lain yang
cukup mengasyikkan. Inilah yang setidaknya membuat saya betah saat menyaksikan
film ini. Serta berbagai setting yang
asyik untuk di lihat.
Meskipun seluruh tempat-tempatnya lebih banyak menggunakan CGI. Tapi, masih di Visualisasi-kan
menarik. Dan juga banyaknya creatures yang ada di film ini. Berbagai creatures yang unik dan ada yang adorable juga cukup bisa dilihat dan
mengingat film ini berbudget minim. Visualisasi yang menarik itu sudah
terlampau bagus.
Vin Diesel adalah pemeran utama di film ini. Tapi, Vin Diesel juga tak
sering muncul. Karena Riddick adalah sosok antihero
atau bisa dibilang yang diburu di film ini. Tapi, dia berhasil menghidupkan
karakter Riddick. Serta berbagai cast seperti Jordi Molla, Nolan Gerrard Funk, Christian
Bautista dan yang lainnya. Setidaknya mampu menghidupkan suasana film ini. Meskipun
berbagai karakterisasi yang aneh, konyol dan malah terkesan bodoh masih menjadi
problem di film ini.
Overall, Riddick adalah sebuah
film antihero dengan tema science fiction yang mempunyai visualisasi yang
bagus. Adegan aksi yang masih banyak ataupun adegan gore yang cukup menghibur.
Meskipun tanpa tension yang bagus dan ritme yang tak terjaga dari awal hingga
akhir film. Tapi sayangnya, saya tak seberapa menyukainya.
ada punya file filmnya ghak omm????
BalasHapus